Minggu, 30 November 2025

MENGAPA KITA MEMPERINGATI 1 DESEMBER SEBAGAI HARI NASIONAL BANGSA PAPUA?

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Kota Holandia Jayapura -Melangka Tanpa Alas Kaki- Pertanyaan di atas mewakili pandangan umum ketika memasuki bulan Desember khususnya di tanah Papua. Mengapa 1 Desember wajib diperingati oleh bangsa Papua? Historisnya jelas, merupakan Hari Kebangkitan Nasional Papua yang ditandai dengan pengenalan simbol-simbol nasional bangsa seperti bendera nasional, mata uang, batas negara, dan seterusnya. 

I. ASAL-USUL BANGSA PAPUA

Bangsa Papua terdiri dari tiga sub ras, yaitu ras Negroitos, sub ras Carpentarian dan sub ras Austronesia. Mereka pertama kali menduduki Benua Sahul dan Papua 40.000-65 000 ribu tahun yang lalu. Ini jauh lebih tua sebelum bangsa Mon Khmer yaitu bangsa Indonesia hari ini datang menduduki Nusantara. 

Bangsa Mon Khmer bermigrasi pertama kali ke Nusantara 3.500 tahun yang lalu atau kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Bangsa Mon Khmer bertolak dari Birma (sekarang Myanmar) lalu menuju Nusantara. Nenek moyang mereka adalah bangsa Austro-Asia (Asia Selatan) dari Junan, Tiongkok Selatan. 

Ketika mereka tiba di Nusantara, disana sudah ada lebih dulu para penghuni asli yaitu ras Negroito dan Wedda. Sebagaimana dicatat oleh D.N Aidit, "penghuni asli tidak suka didesak oleh pendatang2 dari Utara. Pertama mereka melakukan perlawanan, tapi akhirnya memilih mundur ke arah timur." Sebagaian dari ras inilah yang kemudian mendiami wilayah Maluku dan NTT, sementara yang lainnya berhabung dengan bangsa Murray Carpentarians, Austronesia, dan Negroitos yang telah lebih dulu mendiami Papua. 

Lambat laun berkembanglah macam-macam teknik dan kebudayaan, tetapi luasnya geografis disertai gunung-gunung dan rawa-payau, serta luasnya samudera yang memebelah macam-macam pulau, membuat bangsa-bangsa ini berkembang dalam ragam yang berbebeda-beda. Sumatera dan Aceh tumbuh sendiri, demikian halnya Jawa-Bali, Kalimatan dan Sulawesi. Sementara Maluku dan NTT berbeda jauh, apalagi Papua. 

Singkatnya, terputuslah budaya dan perkembangan masing-masing. Tidak ada yang saling mengenal hingga masuknya bangsa Eropa. 

II. MASUKNYA BANGSA EROPA KE NUSANTARA 

Bangsa Eropa yang pertama kali memasuki Indonesia adalah Portugal pada tahun 1496. Kemudian datanglah Spanyol tahun 1512 di Tidore. Maksud kedatangan mereka adalah mencari rempah-rempah dan menyebarkan agama Kristen yang saat itu menguat di Eropa. Spanyol kemudian diusir keluar tahun 1529 sesudah mendapat ganti rugi 350.000 crusado. 

Tanggal 22 Juni 1596, Belanda mendarat di Banten dan kemudian memulai petualangannya selama 350 tahun kemudian. VOC (Verenigde Oost Indische Compahnie) raksasa perdagangan itu kemudian mendominasi seluruh jagat raya Indonesia, terkecuali Timor Leste dan Papua. Timor Leste dikuasi oleh Portugis, sementara Papua adalah wilayah tak berpemerintahan sendiri (non goverment).

Tahun 1800 VOC dibubarkan dan Belanda mengambil alih seluruh kontrol di Indonsia. Tahun 1811 Inggris masuk di Cirebon dan sekitarnya, tapi hanya bertahan 3 tahun dan pada tahun 1814, diusir keluar. Selanjutnya Belanda menguasai Indonesia hingga pertengahan Abad 20, lalu diambil alih oleh Jepang, sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. 

III. TIDORE DAN PAPUA

Klaim Tidore atas Papua sangat rapuh sebab tidak ada satupun kesamaan asal-usul di antara keduanya. Tidore mengklaim hak milik atas Papua, tapi hubungannya longgar bahkan di wilayah lain tidak mengenal siapa itu Tidore. Kesultanan Tidore berbasis di Tidore, sementara wilayah Papua jauh di sisi timur. Tidak ada hubungan apapun kecuali pencurian budak dan mahkota burung cenderwasih sebagai perhiasan.

Karena keterampilan suku-suku Biak yang mendiami utara pulau Papua, maka berkembanglah pelayaran-pelayaran ke arah barat. Mereka membuat kora-kora yang besar lalu memulai pelayaran hingga ke perairan Maluku, bahkan hingga ke pulau Jawa. Tetapi, karena mereka lebih kepada "Bajak Laut" yang susah didekati, sehingga hubungannya tetap longgar dengan suku-suku lain di Indonesia. 

Pada abad 15, pecahlah perang antara Tidore dan kerajaan Djailolo. Tidore lalu meminta bantuan kepada si "bajak laut" dari Papua yang dikenal sebagai Gura Besi. Gura Besi lalu menikahi anak sultan, yang kemudian dikaruniai 4 orang anak sebagai "raja" di Kepualuan Raja Ampat hari ini. Hubungan ini kemudian berlangsung, tapi hanya terbatas di pantai-pantai barat dan juga utara. Wilayah Papua yang lain, tidak ada sama sekali. 

Selanjutnya, untuk meluaskan nafsunya, Belanda mengakui Papua sebagai bagian dari Tidore pada abad 17. Tahun 1855 missionaris kristen pertama dikirim ke Papua, tapi atas dasar prakarsa Belanda dan bukan Tidore. Sebab Tidore saat itu telah kehabisan tenaga, dan hanya menjadi mantel pengubung ke massa rakyat.

Sampai saat itu hubungan Tidore dan Papua hanya itu. Tidak lebih, tidak kurang. Tidak ada satu pun wilayah yang mengakui kekuasaan Tidore kecuali Raja Ampat yang dipaksa takluk, serta beberapa wilayah kecil di bibir pantai utara dan barat. Wilayah Papua secara keseluruhan bahkan tidak disentuh sama sekali. Data Greg poulgrain, bahkan menunjukkan bahwa semasa Belanda pun hanya mencapai 20% dari total luas pulau Papua. 

IV. PAPUA DALAM RENGKUHAN BELANDA.

Belanda masuk ke Papua dimotifasi oleh dua hal. Pertama, tekanan Inggris dan Jerman dari arah timur PNG, dan kedua motif ekonomi setelah ditemukan kandungan kekayaan tak terhingga di Papua. Setelah bernegosiasi panjang dengan Inggris, Belanda menancapkan patoknya di sebelah barat meredian 141, dari Merauke hingga Sarmi di ujung utara. 

Tetapi penancapan patok ini bermasalah. Sebab, pertama berdiri di atas klaim palsu Tidore, kedua, tidak melibatkan satu pun orang Papua. Dari perundingan ke perundingan hingga Trakat London tidak ada satu pun orang Papua yang dilibatkan. Tahun 1848, pemantapan kekuasan dilakukan dan selanjutnya Papua dihakmiliki sepihak oleh Belanda. 

Tahun 1892 Belanda mulai serius melihat Papua dan dikirimlah berbagai peneliti dan penjelajah untuk memetakan pulau Papua secara keseluruhan. Tahun 1923, J.J Dosy mencapai puncak gunung Nemangkawi dan untuk pertama kalinya menemukan cadangan emas-tembaga terbesar di dunia. Penemuan inilah merubah status politik bangsa Papua hingga hari ini.

Tahun 1917 Revolusi Rusia pecah bersamaan dengan Perang Dunia 1 saat itu. Bangsa-bangsa dunia ketiga terdorong untuk menentukkan nasibnya sendiri. Atas dasar prakarsa Uni Soviet, munculah revolusi-revolusi sosialis dan kemerdekaan di berbagai belahan dunia. Di Hindia Timur Jauh (Indonesia) dikirimlah utusan sosialis bernama Snevliet untuk membantu mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai kendaraan politik untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 

Di bawah arahan PKI-lah, muncul perlawanan-perlawanan terbuka kepada Belanda. Puncaknya adalah Pemberontakan 1926-27 yang memaksa Belanda untuk memikirkan kembali strateginya menangani Indonesia. Kebijakan "Pemolisian Politik" dilakukan, dan inilah yang menandai pembuangan besar-besaran para Tapol ke Digoel Papua. Disini pula, kontak pertana nasionalis Indonesia dengan Papua, termasuk Muahamd Hatta. 

V. REVOLUSI INDONESIA

Memasuki dekade 30 dan 40, imperialis2 kuno mulai mendapat tekanan hebat. Di samping bangkrutnya ekonomi kapitalistik dunia, muncul pula gerakan perlawanan di berbagai tanah jajahan. Belanda sebagai salah satu imperialis tua mendapat pukulan hebat: hancurnya ekonomi akibat Perang Dunia Kedua dan merucingnya pertentangan di Timur jauh, memaksa Belanda untuk mundur ke Belakang.

Amerika sekarang tampil ke depan. Tetapi Amerika tidak bisa berbuat apa-apa. Di bawah tekanan gerakan massa di seluruh dunia, rantai lama yang membelenggu umat manusia itu akhirnya putus. Indonesja memproklamirkan kemerdekannya tahun 1945 setelah Nagasaki dan Hirosima dibom. Peristiwa ini menjadi daya ledak yang luar biasa, tapi gaungnya terbatas di wilayah-wilayah perairan Maluku dan sedikit saja di wilauah-wilayah kecil di Papua. 

Tidak ada sorak-sorai dan sambutan meriah dari bangsa Papua, sebab saat itu mereka merasa sama sekali tidak dijajah. Kontrol Belanda adalah baru dalam artian keseriusannya, sementara Indonesia adalah bangsa yang tidak dikenal secara dekat. Jurang pemisah antara keduanya luas. Revolusi Indonesia adalah revolsusi Indonesia. Papua tidak termasuk. 

Ini dicatat dengan sangat baik oleh Droglever bahwa "orang-orang Papua tidak merasa sama sekali terlibat dalam kemerdekaan itu. Sebab bagaimana orang merasa merdeka jika tidak merasa dijajah?" Argumen ini benar, sebab secara defakto Papua merupakan wilayah koloni Belanda, tetapi perlakuan yang dilakukan adalah berbeda sama sekali. Para missionaris meletakan dasar agama dan sekolah, diperkenalkan ilmu-ilmu pengetahuan modern tanpa senjata dan bedil di tangan. Tidak ada kerja paksa. Sehingga bagaimana orang merasa dijajah? 

Revolusi Indonesia berlangsung dan perdebatan mengenai Papua mengemuka. Indonesia merasa paling berhak atas tanah Papua, demikian halnya Belada. Keduanya berseteru, tapi tidak pernah melibatkan satu pun orang Papua sebagai pemilik sah tanah Papua. 

Perundingan dilakukan dari mulai KMB hingga Renville. Tetapi tidak ada perdebatan satu pun yang substansial. Indonesia mengklaim sebagai pewaris jajahan Belanda, tapi mengapa Suriname di Afirka tidak diklaim sebagai Indoensia? Demikian halnya Belanda yang tanpa dasar. Maka keduanya boleh dikatakan tidak masuk akal dan hanya murni didasarkan atas klaim-klaim sepihak manusia serakah. 

VI. HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI BANGSA PAPUA. 

Di samping perdebatan dengan Indonesia, Belanda di satu sisi mempercepat "pembangunan" di Papua. Sekolah-sekolah modern dipercepat dalam kecepatan yg tak tertandingi. Demikian halnya sektor budaya dan infrastruktur. Agama Kristen juga mulai diperluas hingga ke pelosok-pelosok yang belum dijangkau. Ini dimulai pada periode 1950an hingga 1961. 

Tetapi posisi Belanda kian terdesak oleh kesulitan internal dan tekanan internisonal. Di bawah bayang-bayang Uni Soviet, Belanda mulai dipukul mundur. Amerika awalnya mengambil posisi mendukung Belanda, tetapi karena semakin luasnya pengaruh komunis di Asia Selatan, dan "bocornya" temuan J.J Dosy ke tangan CIA, membuat Amerika megambil sikap yang sebaliknya. 

Di permukaan mereka tampak netral, tetapi di bawah meja, mereka menekan Belanda untuk menyerahkan Papua kepada Sukarno yang semakin "menggila". Belanda akhirnya tidak punya pilihan lain, kecuali menyerahkan Papua ke Indonesia atau membiarkan orang Papua menentukan nasibnya sendiri. Atas dasar inilah, Belanda mendorong agenda HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI BAGI BANSA PAPUA. 

Pertama, dibentuklah dewan yang terdiri dari orang-orang asli Papua untuk mendiskusikan sendiri apa kemauan mereka. Tanggal 5 April 1961 diresmikan Dewan Nugini yang diisi oleh orang-orang asli Papua dari berbagai wilayah. Di antarnya D. Deda, Markus Kaisepo, Baldus Mofu, A Kendau Gebse, Nicolas Jouwe, Manase Suwae, P Torey, Alex Monim, Abdulah Arfan, dst. Dewan ini terdiri dari orang.

Dewab melangsungkan rapat, dan dari pertemuan-pertemuan disepakati bahwa Papua merupakan bangsa sendiri, sehingga harus merdeka sama seperti bangsa-banfsa lain di muka bumi. Nikolas Jouwe, Frans Kaisepo, adalah pimpinan-pimpinan yang sangat fokal. Kadang-kadang jika tidak setuju, maka langsung keluar ruangan untuk memboikot pertemuan. Dalam makna inilah, orang Papua untuk pertama kalinya berbicara atas masa depannya sendiri. 

Bulan Oktober sebuah sidang digelar, dan diputuskan bahwa tanggal 1 Desember 1961 akan diperkenalkan simbol-simbol nasioanal Papua sebagai suatu bangsa yang siap untuk merdeka dan berdaulat di atas tanah airnya sendiri. Resolusi ini ditandatangi oleh seluruh anggota dewan, dan menyatakan Papua siap merdeka penuh di atas tanahnya airnya sendiri. 

Tanggal 1 Desember 1961, itulah hari pertama Manifesto Politik Bangsa Papua sebagai representatif tunggal, dan untuk pertama kalinya membicarakan masa depannya sendiri—dibacakan di muka umum. Simbol-simbol nasional terdiri dari: bendera nasional "Bintang Kejora", lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua", nama negara "West Papua", semboyan nasional "one people, one soul", lambang negara "Burung Mambruk" batas negara dan juga mata uang. 

Upacara ini diakhiri dengan penghormatan umum terhadap Bendera Bintang Kejora yang diiringi dengan lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua".

VII. REAKSI SUKARNO DAN PENAJAJAHAN INDONESIA ATAS PAPUA. 

Setelah mendengar Manifesto Politik Bangsa Papua, Sukarno langsung beringas layaknya anjing lapar. Tanpa mempedulikan sedikit pun hak rakyat bangsa Papua, Sukarno meluncurkan operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) tanggal 19 Desember untuk menyerbu Papua. Sukarno berdalih mengusir Belanda, tapi dalam kenyataannya justru menyerang rakyat Papua. 

Manifesto Politik Bangsa Papua adalah suara hati rakyat Papua. Mereka menuntut haknya untuk berdaulat di atas tanah airnya sendiri. Sukarno harusnya menghargai itu. Tapi kenyataannya tidak. Frans Lieshout OFM, meluiskan bahwa orang-orang yg dikirim oleh Sukarno ke Papua seperti dipungut saja begitu di jalan. Tidak menunjukkan tanda2 sebagai pasukan membawa "kemerdekaan", tapi menunjukkan gaya penjajahan baru.

Barang- barang milik rakyat Papua disita. Fasilitas-fasilitas rumah sakit di Jayapura dihancurkan dan sebagian lagi dikirim ke Jawa. Dalam sebuah dokumen, tertulis bahwa para perawat mengalami pekecehan seksual, payudaranya diremas dan vaginanya ditusuk dengan jari. Wajah mengerikan ini juga terjadi di tempat-tempat lain. Secara keseluruhan, Frans Lieshout merangkum sebagai, "wajah kekerasan". 

Lantas dari mana Sukarno mengklaim Indonesia merdeka termasuk Papua namun yang terjadi justru kekerasan tanpa henti? Inilah omong kosong Sukarno. Menyebut diri sebagai anti imperialis, taoi dalam praktek menindas bangsa lain. PKI yang dipimpin oleh Aidit juga tidak mencerminkan prinsip-prinsip sosialisme sejati, melainkan nasionalisme buta atas nama "anti imperialisme". 

Tanggal 15 Agusutus 1962 peundingan segita dilakukan di Kota New Tirk. Indonesia dan Belanda datang tidak membawa satupun orang Papua. Perjanjian ini ilegal, tapi memutuskan nasib bangsa Papua. Tangfal 1 mei 1963, Indonesia menduduki Papua dan darah terus mengalir hingga hari ini. Baik Sukarno maupun Suharto, tiada bedanya, sama-sama kurang ajar dan tisak berperi kemanusiaan. 

Tahun 1965 Sukarno digulingkan dan Suharto naik ke tampuk kekuasaan. Tahun 1967, Kontrak Karya pertama Freeport ditandatangani utk diserahkan kepada Amerika sebagai tanda terima kasih telah membantu Indonesia menjajah Papua. Tahun 1969, PEPERA digelar dibawah moncong senjata dan tipu daya. Atas bantuan Amerika yg sudah lebih dulu menguasai emas Papua, Indonesia memenangkan voting di PBB tahun itu juga.

VIII. PENUTUP.

Mengapa kita harus memperingati 01 Desember 1961 setiap tahun? Karena ia adalah momentum sejarah kebangkitan bangsa Papua. Ia adalah momentum dimana orang Papua untuk pertama kalinya menyatakan kehendaknya untuk berdaulat di atas tanah airnya sendiri. Bantuan Belanda hanyalah perantara, tetapi faktor penentu adalah hastrat bangsa Papua untuk merdeka. 

Hari ini di bawah-bawah bayang Indonesia yang rakus, bangsa Papua mendapati dirinya terseok-seok. Semua sektor produktif dikuasai oleh para migran, kurang dari 10 ribu orang Papua mati setiap tahun, dan haraoan hidup semakin rendah. Aluh fungsi lahan, masifnya deforestasi, perampasan ruang hidup membuat orang Papua semakin terpinggirkan di atas tanah airnya sendiri.

Para ahli bahkan ragu apakah bangsa Papua bisa bertahan untuk 100 tahun yang akan datang. Realitas menunjukkan gambaran yang buruk, dan hampir tidak ada masa depan apapun dlm bingkai Indonesia. Hanya ada satu pilihan: merdeka atau binasa. Dan momentum 01 Desember adalah ingatan akan sejarah itu. Sejarah bahwa, hanya kemerdekaan yang bisa menyekantkan banfsa Papua. Lain daripada itu adalah omong kosong. 

___

Penulis: Muselll M safkaur, Aktivis dan Kritikus Sosial Asal Sorong Raya. 

Sumber: 

1. J.R Mansoben, MA, PhD, "Nenek Moyang Orang Papua (sejarah asal-usul Orang Papua)". Peper, 2024.

2. D.N Aidit, "Masyarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia", Yayasan Pembaharuan, 1964.

3. Droglever, "Tindakkan Pilihan Bebas", Kanisius 2010.

4. Greg Poulgrain, "Bayang-bayang Intervensi", Best Publisher, 2017.

5. Greg Poulgrain, "Kutukan Emas Papua", Kobam, 2025.

6. Artikel-artikel lainnya. 

Pos. Admin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HAI TANAHKU PAPUA”Karya Izaak Samuel KijneSuara Hati Bangsa Papua yang Tetap Menyala

HAI TANAHKU PAPUA” Karya Izaak Samuel Kijne Suara Hati Bangsa Papua yang Tetap Menyala Ketika Izaak Samuel Kijne menulis Hai Tan...