Oleh, Stepanus Kayame
Teyesan Air Mata Ibunda Kota Tua Kota Enarotali- Melangkah Tanpa Alasan Kaki_Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia pada umumnya, dan lebih khusunya di Papua mempunyai banyak budaya dari setiap suku yang ada.
Papua memiliki beberapa daya tarik budaya yakni pakaian adat, rumah adat, tingka laku budaya, intraksi budaya, artefak dan lain-lain. Salah satu budaya Papua yang memiliki banyak keunikan dari setiap suku yang ada di Papua yakni pakaian adat. untuk itu, kali ini akan saya membahas mengenai pakaian adat yang di wilayah Meepago. Wilayah mepago terdiri dari Intan jaya, Nabire bagian gunung, Paniai, Deiyai dan Dagiyai. Kelima wilayah ini, mempunyai budaya terutama pakaian adat adalah Koteka dan Moge.
Koteka adalah pakaian untuk menutupi kemaluan laki-laki, sedangkan Moge adalah pakaian untuk menutupi kemaluan perempuan. Pada dasarnya zaman ke zaman sejarah dapat mengungkapkan bahwa suku Mee memiliki budaya yang paling menarik perhatian bagi wisatawan lokal maupun wisatawan manca-negara melalui daya tarik koteka dan moge ini. Secara praktisnya koteka dan moge digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama rutinitas, upacara adat, pelantikan pemimpin daerah, pesta dansa maupun lainnya.
Koteka dan Moge adalah warisan leluhur suku Mee yang harga nilainnya tinggi. Namun sayangnya Koteka Moge saat ini diigunakan sebagai alat cindramata, padahal Koteka dan Moge adalah warisan satusatunya lelur kita yang sudah ada sejak dahuu kala. Akan tetapai berjalannya perkembangan masa kini, era modernisasi menjualkan belikan nilai yang tinggi warisan leluhur kita.
Koteka moge sebagai jati diri orang Mee, tetapi sayangnya anak mudah sekarang melupakan nilai tertinggi yang terdapat dalam pkaian adat tersebut. Sebagai kongritnya, saat ini anak mudah generasi penerus suku Mee dan migani dan suku lainnya di mepago telah mengabaikannya jangankan itu disuruh memakainya saja ada yang mengatakan dirinya malu.
Malu atas jatih dirinya adalah awal dari kehancuran, untuk itu saya katakan Koteka moge tidak lama lagi akan puna (jika tidak dijaga). Ini sangat memalukan. Padaha leluhur berpesn bahwa jatidirinya harus dijaga, harus mencintainya, leluhur tidak megajakan kita untuk membecinya, bahkan melepaskannya pergi. Mulai nampak kehancuran dalam kehidupan berbudaya dan adatistiadat.
Mengikuti perkembangan zaman, secara praktisnya koteka dan moge digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama rutinitas, upacara adat, pelantikan pemimpin daerah, pesta dansa maupun lainnya.
Sadar diri,jangan jual Budaya Suku Mee dengan murah. Budaya itu mahal.
Post. Admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar