Artikel
Oleh: Benuasabda
Tetesan Air Mata Ibunda,Kota Tua Kota Jeruk -Melangkah Tanpa Alas Kaki-Banyak orang cenderung berpikir bahwa kebahagiaan datang dari memiliki lebih banyak—lebih banyak harta, status, atau kemewahan. Namun, kutipan ini mengajarkan kita bahwa sebenarnya, kebahagiaan sejati tidak bergantung pada seberapa banyak yang kita miliki, melainkan pada seberapa sedikit kita merasa perlu untuk merasa bahagia.
Ketika seseorang merasa tidak terikat atau tergantung pada barang-barang materi atau kebutuhan duniawi, mereka cenderung merasakan kebebasan yang lebih besar. Mereka tidak terbelenggu oleh keinginan yang tak ada habisnya untuk memiliki lebih banyak. Sebaliknya, mereka bisa menikmati hidup dengan lebih tenang, karena tidak ada tekanan untuk terus mengejar hal-hal yang sifatnya sementara. Dengan kata lain, semakin sedikit yang kita anggap sebagai "kebutuhan," semakin sedikit pula kekhawatiran dan stres yang kita alami dalam hidup.
Kesederhanaan ini juga berhubungan dengan konsep minimalisme, yang menekankan pada kualitas hidup daripada kuantitas barang yang kita miliki. Dengan mengurangi keinginan dan kebutuhan yang tidak penting, kita memberi ruang untuk hal-hal yang lebih bermakna dalam hidup—seperti hubungan, pengalaman, atau kedamaian batin. Ini bukan berarti kita harus menanggalkan semua kemewahan hidup, tetapi lebih kepada kemampuan untuk merasakan kebahagiaan tanpa terlalu bergantung pada hal-hal eksternal yang bisa saja berubah atau hilang kapan saja.
Pada akhirnya, kutipan ini mengingatkan kita untuk mengevaluasi kembali apa yang benar-benar kita butuhkan untuk merasa bahagia. Terkadang, kebahagiaan datang bukan dari pencapaian luar, tetapi dari kesadaran bahwa kita sudah cukup dengan apa yang kita miliki, dan kita bisa menikmati hidup dengan lebih sederhana dan lebih penuh. Mengurangi kebutuhan kita sering kali justru memberi kita ruang untuk lebih menghargai hidup dan perasaan kita.
post. Admin
Komentar
Posting Komentar