Langsung ke konten utama

Semakin Sedikit yang saya Butuhkan, Semakin Banyak Prasaan Saya

Artikel
Oleh: Benuasabda
Tetesan Air Mata Ibunda,Kota Tua Kota Jeruk -Melangkah Tanpa Alas Kaki-Banyak orang cenderung berpikir bahwa kebahagiaan datang dari memiliki lebih banyak—lebih banyak harta, status, atau kemewahan. Namun, kutipan ini mengajarkan kita bahwa sebenarnya, kebahagiaan sejati tidak bergantung pada seberapa banyak yang kita miliki, melainkan pada seberapa sedikit kita merasa perlu untuk merasa bahagia.

Ketika seseorang merasa tidak terikat atau tergantung pada barang-barang materi atau kebutuhan duniawi, mereka cenderung merasakan kebebasan yang lebih besar. Mereka tidak terbelenggu oleh keinginan yang tak ada habisnya untuk memiliki lebih banyak. Sebaliknya, mereka bisa menikmati hidup dengan lebih tenang, karena tidak ada tekanan untuk terus mengejar hal-hal yang sifatnya sementara. Dengan kata lain, semakin sedikit yang kita anggap sebagai "kebutuhan," semakin sedikit pula kekhawatiran dan stres yang kita alami dalam hidup.

Kesederhanaan ini juga berhubungan dengan konsep minimalisme, yang menekankan pada kualitas hidup daripada kuantitas barang yang kita miliki. Dengan mengurangi keinginan dan kebutuhan yang tidak penting, kita memberi ruang untuk hal-hal yang lebih bermakna dalam hidup—seperti hubungan, pengalaman, atau kedamaian batin. Ini bukan berarti kita harus menanggalkan semua kemewahan hidup, tetapi lebih kepada kemampuan untuk merasakan kebahagiaan tanpa terlalu bergantung pada hal-hal eksternal yang bisa saja berubah atau hilang kapan saja.

Pada akhirnya, kutipan ini mengingatkan kita untuk mengevaluasi kembali apa yang benar-benar kita butuhkan untuk merasa bahagia. Terkadang, kebahagiaan datang bukan dari pencapaian luar, tetapi dari kesadaran bahwa kita sudah cukup dengan apa yang kita miliki, dan kita bisa menikmati hidup dengan lebih sederhana dan lebih penuh. Mengurangi kebutuhan kita sering kali justru memberi kita ruang untuk lebih menghargai hidup dan perasaan kita.

post. Admin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEPOTONG PERAHU KERTAS

"Satu Pucuk Melawan Seribu" Satu pucuk senjata, melawan seribu musuh Tidak ada harapan, tidak ada kekuatan Tapi aku tidak menyerah, aku tidak mundur Aku akan melawan, dengan satu pucuk senjataku Seribu pucuk senjata, menghadapku dengan garang Tapi aku tidak takut, aku tidak gentar Aku akan melawan, dengan keberanian dan kehormatan Aku akan membuktikan, bahwa satu pucuk senjata bisa menang Musuhku banyak, tapi aku tidak sendirian Aku memiliki keadilan, aku memiliki kebenaran Aku akan melawan, dengan semangat dan kepercayaan Aku akan menang, dengan satu pucuk senjataku Satu pucuk senjata, melawan seribu musuh Tapi aku tidak menyerah, aku tidak mundur Aku akan melawan, dengan keberanian dan kehormatan Aku akan menang, dengan satu pucuk senjataku. TanahAirTercinta WestPapua 🍁🍁🍁 Anak yg Boleh Mencintainya. Anak ku. Ayah sangat merindukan mu. Tetapi Apa yang ayah lakukan hari ini suatu ketika anak besar akan mengerti penindasan atas negeri mu. Anak ku. Ay...

SETELAH DENGAR HASIL UJIAN PAKAIAN SISWA/I SMA Kelas XII Di NABIRE DIWARNAI BINTANG KEJORA POLISI MEMUKUL Mince Heluka, BEBERAPA ORANG MENANGKAP POLISI

Siswi SMA kelas XII,Foto Mince heluka dapat pukul dari Polisi Nabire. Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Kota Jeruk 🍊 -Melangkah Tanpa Alas Kaki- Nabire Siswa/i SMA kelas 3 dengar hasil ujian, mereka mewarnai pakeyan abu putih dirubah Bendera Identitas diri Papua Barat, Bendera Bintang Kejora/Bintang Fajar Polisi Melakukan pukulan dan penangkapan terhadap siswa/Siswi. Dengan melihat Siswa Mewarnai dengan warna Identitas sehingga beberapa orang anggota polisi dan ada pula yang dapat pukulan dari Polisi pada Senin 06/05/2024. Kata M.D melalui Handphone genggamnya. Penangkapan dan pemukulan dari polisi terhadap teman-teman SMA yang turun pawai kebahagiaan setelah mendengar kelulusan mereka, namun kami merasa kecewa karena polisi-polisi yang berada di Nabire melarang kegiatan kami, Lanjutnya. Kronologis yang Terjadi  Pukul 16: 7 wp. Kurang lebih 9 orang pelajar dikejar oleh 2 orang polisi berpakaian preman dengan kendaraan beroda 2 pengejaran tersebut lokas...

GEREJA BUKAN TEMPAT TERPROVOKASI,GEREJA MENGAJARKAN PERDAMAIAN DUNIA

Artikel, Viktor Yeimo  Tetesan Air Mata Ibunda Kota Tua- Kota Jeruk 🍊 -Melangkah Tanpa Alas Kaki- Gereja jangan lupa memberi pesan Firman Tuhan tentang pembebasan, keadilan, dan perjuangan kepada umat Tuhan yang sedang terjajah itulah kerja yang benar demi umat di seluruh dunia kata Viktor Yeimo korban rasis satu ini dalam artikelnya. Kurangi khotbah yang menekankan pada ketabahan dan kepasrahan tanpa memberi dorongan untuk bertindak, karena itu akan membuat umat menjadi pasif dan apatis terhadap kondisi penindasan yang mereka alami. Firman Tuhan harus menginspirasi dan memotivasi umat untuk bangkit dan berjuang melawan penindasan. Gereja seringkali kurang mengakomodasi teologi pembebasan yang relevan dalam konteks umat yang terjajah. Teologi pembebasan menekankan pada pentingnya perjuangan melawan penindasan dan ketidakadilan sebagai bagian dari iman Kristen. Gereja perlu mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam setiap khotbah dan pengajaran agar umat merasa didukung d...