"KAMI SISWA/I PELAJAR KABUPATEN PANIAI TIDAK MEMBUTUHKAN MAKANAN GRATIS MBG, TETAPI KAMI MEMBUTUH PENDIDIKAN GRATIS!"
Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Paniai-Melangkah Tanpa Alas Kaki-Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh ribuan pelajar di Kabupaten Paniai, Papua Tengah, menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Menolak kebijakan program ( MBG) dan meminta agar pemerintah lebih fokus pada pendidikan gratis di tanah Papua.
Ribuan pelajar dari jenjang SD, SMP, dan SMA , SMK di Kabupaten Paniai, Papua Tengah, turun ke Lapangan Karel Gobai di Enarotali pada Senin, 24 Februari 2025.
Tuntutan utama para demonstran adalah agar pemerintah pusat menggratiskan pendidikan di Papua secara menyeluruh, daripada hanya memberikan bantuan makanan bergizi. Mereka menilai bahwa pendidikan yang berkualitas dan gratis lebih penting untuk masa depan mereka dibandingkan dengan program makanan gratis.
Demonstrasi ini mencerminkan aspirasi masyarakat setempat yang menginginkan perubahan kebijakan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah terkait aksi penolakan ( MBG )
Dalam aksi demonstrasi tersebut, para siswa-siswi membawa spanduk dan meneriakkan aspirasi mereka, menegaskan bahwa akses pendidikan yang gratis dan berkualitas lebih penting bagi masa depan mereka dibandingkan dengan pemberian makanan gratis. Mereka menilai bahwa tanpa pendidikan yang baik, program MBG tidak akan cukup untuk meningkatkan kesejahteraan dan masa depan generasi muda Papua.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah pusat mengenai tuntutan para pelajar tersebut. Namun, aksi ini menunjukkan bahwa masyarakat Papua, khususnya para pelajar, menginginkan kebijakan yang lebih fokus pada sektor pendidikan demi peningkatan sumber daya manusia di daerah-daerah di tanah Papua.
Dalam aksi demo solidaritas yang dilakukan oleh ribuan pelajar di Kabupaten Paniai, berbagai pamflet dan baliho berisi aspirasi mereka dibentangkan di Lapangan Karel Gobai, Enarotali. Tuntutan utama yang disuarakan adalah penolakan terhadap program Makanan Bergizi Gratis (MBG) dan permintaan agar pemerintah pusat menggratiskan pendidikan di seluruh tanah Papua.
"STOP BERI KAMI MAKAN GRATIS MBG, TETAPI BERIKAN PENDIDIKAN GRATIS – ITULAH HARAPAN!"
Aksi ini mencerminkan sikap kritis para pelajar yang menilai bahwa pendidikan gratis jauh lebih penting dibandingkan bantuan makanan. Mereka menegaskan bahwa Papua memiliki sumber daya alam yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi masih kekurangan akses terhadap pendidikan yang layak dan gratis.
Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah mengenai tuntutan ini.
Koordinator lapangan korlap yang enggan menyebutkan namanya dalam aksi ini menekankan bahwa pendidikan gratis dianggap lebih penting untuk masa depan anak-anak Papua dibandingkan dengan program bantuan makanan gratis .
Tuntutan ini mencerminkan keinginan masyarakat setempat agar pemerintah lebih fokus pada peningkatan kualitas pendidikan, aksesibilitas, dan fasilitas sekolah di daerah mereka," ungkapnya.
Menurut Ketua Koordinator aksi, masyarakat merasa bahwa program makanan gratis yang diterapkan di berbagai tempat justru menimbulkan banyak kasus keracunan. Hal ini menjadi alasan utama mereka turun ke lapangan untuk menolak kebijakan tersebut.
Mereka menegaskan bahwa pendidikan gratis jauh lebih penting dan seharusnya menjadi prioritas utama bagi pemerintah Indonesia," tegasnya.
Lebih lanjut, Ketua Koordinator menyatakan bahwa program makanan gratis ini tidak memiliki motif tersembunyi yang bertujuan untuk ketinggalan kemajuan pendidikan "Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran mendalam masyarakat terhadap dampak jangka panjang dari kebijakan pemerintah yang mereka anggap tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat Papua," ucapnya.
Menanggapi hal ini, ribuan siswa dan pelajar demonstran juga menegaskan bahwa masyarakat Papua mampu menjamin kehidupan mereka sendiri tanpa ketergantungan pada program makanan gratis.
Mereka menyatakan bahwa Papua memiliki sumber daya alam yang kaya dan gizi yang cukup. Oleh karena itu, mereka menuntut agar pemerintah lebih fokus pada evaluasi dan penerapan pendidikan gratis daripada mengalokasikan anggaran untuk makanan gratis," katanya.
Para demonstran menuntut agar pemerintah menghentikan eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh berbagai perusahaan, seperti PT Freeport di Timika, serta eksploitasi sumber daya di Nabire, Yahukimo, Paniai Degeuwo, Sorong, Merauke, Keerom, dan Manokwari. Mereka menilai bahwa eksploitasi ini tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengancam masa depan masyarakat adat Papua yang selama ini bergantung pada alam.
Beberapa tuntutan utama demonstran terkait eksploitasi sumber daya alam meliputi:
1. Menolak pembukaan Blok Wabu yang mengandung emas, minyak, gas, dan batu uranium, karena dianggap hanya akan memperparah kerusakan lingkungan dan mengancam kehidupan masyarakat Papua.
2. Menyoroti deforestasi dan eksploitasi hutan yang semakin parah, terutama di wilayah Nabire, Timika, Jayapura, dan Mamberamo, akibat penebangan besar-besaran oleh perusahaan logging yang beroperasi dengan izin pemerintah.
3. Menghentikan eksploitasi sumber daya alam Papua yang selama ini dinilai lebih menguntungkan pihak luar daripada masyarakat setempat.
Selain itu, demonstran juga program makanan gratis (MBG) sebagai kebijakan yang tidak berpihak pada pendidikan pelajar Papua. Mereka mengaitkan program ini dengan berbagai TNI Pril, yang semakin memperkuat menandatangani bahwa kebijakan tersebut tidak benar-benar untuk kesejahteraan pelajar setanah Papua terutama wilayah berkonflik
Atas dasar ini, para pelajar siswa-siswi Panai dengan tegas menolak program MBG serta mendesak pemerintah agar segera mengalokasikan anggaran untuk pendidikan gratis di Papua. Mereka menegaskan bahwa pendidikan gratis jauh lebih penting bagi masa depan generasi muda Papua dibandingkan sekadar program makanan gratis.
Gambar:
Bangkit lawanpenindasan, AntiKolonialisme
Pos.Admin
Komentar
Posting Komentar