Jumat, 28 Februari 2025

Mayor Kopitua Heluka Kembali Bergabung Ke TPNPB Kodap XVI Yahukimo Setelah Melarikan Diri Dari Penjara

Siaran Pers Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB Per Rabu, 26 Februari 2025

Silahkan ikuti laporan dibawa ini.!
Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Yahukimo-Melangkah Tanpa Alas kaki_Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB telah menerima laporan resmi dari Mayor Kopitua Heluka pada hari Rabu, 26 Februari 2025 bahwa; Atas pertolongan Tuhan, Alam, dan leluhur bangsa Papua, saya telah berhasil melarikan diri dari penjara kecil ke penjara besar, kemarin sekitar jam 15.30 sore dan telah siap melakukan pertempuran melawan militer pemerintah Indonesia di Medan perang.

Dalam hal tersebut Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB menggumumkan secara resmi kepada semua pihak bahwa; bergabungnya kembali Mayor Kopitua Heluka sebagai Gerilyawan sejati pejuang kemerdekaan bangsa Papua Barat adalah berkat pertolongan Tuhan, alam dan leluhur bangsa Papua yang patut di hormati oleh semua pejuang kemerdekaan bangsa Papua bahwa Mayor Kopitua Heluka telah menyerahkan nyawanya selama meloloskan diri dari penjara kecil ke penjara besar dan siap melakukan pertempuran darat melawan militer pemerintah indonesia dalam medan perang hingga merebut kembali kemerdekaan bangsa Papua pada 1 Desember 1961.

Dan juga terkait dengan lolosnya Mayor Kopitua Heluka dari penjara kecil ke penjara besar maka disampaikan kepada Pemerintah dan aparat militer Indonesia untuk tidak melakukan intimidasi dan penangkapan sewenang-wenang terhadap warga sipil saat melakukan operasi penangkapan tanpa menjamin keamanan warga sipil di wilayah konflik bersenjata dan juga Mayor Kopitua Heluka telah berada di Markas TPNPB Kodap XVI Yahukimo saat ini.

Demikian Siaran Pers Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB Per Rabu, 26 Februari 2025 oleh Sebby Sambom Jubir TPNPB OPM.

Dan terima kasih atas kerja sama yang baik.

Penanggungjawab Nasional Komando Markas Pusat Komando Nasional TPNPB-OPM. 

Jenderal Goliath Tabuni
Panglima Tinggi TPNPB-OPM 

Letnan Jenderal Melkisedek Awom
Wakil Panglima TPNPB-OPM 

Mayor Jenderal Terianus Satto
Kepala Staf Umum TPNPB-OPM

Mayor Jenderal Lekagak Telenggen
Komandan Operasi Umum TPNPB-OPM.

Pos. Admin

Kamis, 27 Februari 2025

Luarbiasa Buat Kilas Balik 2 Sejarah yang Terjadi di Tanah Papua.

Oleh: Saireri FB.
" Tidak akan ada gubernur PAPUA "
Tetesan Air Mata Ibunda-KOTA Tua Bakau Saireri-Melangkah Tanpa Alas Kaki-Teman-Teman semua yang terkasih mungkin kaget dengan judul tulisan dari analisa saya ini memang luar biasa yang harus terjadilah.

Tulisan ini merupakan penghayatan dari perenungan atas segala yang terjadi di tanah papua yang di hayati sehingga terlahir judul diatas " Tidak akan ada gubernur PAPUA "

Tulisan ini hanya sekedar perenungan, bisa menjadi kenyataan dan bisa juga sebaliknya karena semua yang terjadi ada di dalam kendali dan otoritas TUHAN.

Ketika saya termenung dan menghayati segala peristiwa-Peristiwa bersejarah atas tanah ini, maka dalam benak ini terkenang mantan Gubernur Papua Bpk Lukas Enembe yang pernah berkata jikalau beliau (Alm.) adalah gubernur papua yang terakhir, sempat saya berpikir oh beliau berbicara begitu karena akan ada pemekaran namun setelah melihat keputusan MK di hari ini yang menetapkan mendiskualifikasi calon wagup papua dan Pemungutan suara ulang maka ingatan terkait kata-kata dari Bpk Lukas Enembe semakin terngiang di telinga. 

MK memberikan tenggak waktu 180 hari atau sekitar 6 bulan dari sekarang yaitu bulan Agustus untuk diadakan PSU dipapua, namun dari pengamatan situasi dunia dan keadaan indonesia sekarang yang telah berubah jauh membuat saya ragu PSU bisa dilaksanakan. 

Mengapa saya ragu ? Karena tahun ini 2025 hingga 2026 akan ada hal besar akan terjadi diatas tanah ini. Tahun 2025 menjadi tahun spesial untuk mengenang masa lalu, Bukan suatu kebetulan karena kalender (penanggalan) tahun 2025 mirip atau sama persis dengan penanggalan kalender tahun 1969 artinya kita bisa gunakan kalender tahun 1969 untuk dipakai di di tahun 2025. Dalam perenungan saya mengenang peristiwa saat itu 1969 yang kelam dan gelap bagi tanah dan bangsa papua yang dikenal dengan peristiwa penentuan pendapat rakyat.

Kesamaan kalender antara thn 1969 dan 2025 membuat saya bertanya-tanya di dalam hati apakah kesamaan ini akan mengulangi peristiwa besar itu kembali di tahun 2025 dengan berubahnya kelam dan gelap menjadi cahaya terang di ujung bumi ? Tentu hanya TUHAN yang tau. 

Kemudian kumerenung kembali antara tahun ini dan masa lalu yaitu genap 100 tahun ( satu abad ) 1925 - 2025 peradaban bangsa Papua, yang mana ketika itu Pdt. I.S. Kijne meletakan peradaban bangsa papua diatas batu karang berkata “Di atas batu ini, saya meletakkan Peradaban Orang Papua. Sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini, bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri” (Wasior, 25 Oktober 1925).

Dari peristiwa -Peristiwa besar dimasa lalu yang terhubung degan 2025 maka keraguan saya semakin menjadi-jadi. 

Apakah tahun ini akan menjadi tahun yang bersinar dan spesial bagi orang papua di tengah efisiensi ekonomi dan perang mata uang ? Apakah kita akan menyambut hal yang lebih spesial dari pada PSU Gub Papua ? 
Hanya Tuhan yang tau.

Dalam perenungan jiwa by FB Saireri 
Senin, 27 Februari 2025

Pos. Admin 

Senin, 24 Februari 2025

"KAMI SISWA/I PELAJAR KABUPATEN PANIAI TIDAK MEMBUTUHKAN MAKANAN GRATIS MBG, TETAPI KAMI MEMBUTUH PENDIDIKAN GRATIS!"

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Paniai-Melangkah Tanpa Alas Kaki-Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh ribuan pelajar di Kabupaten Paniai, Papua Tengah, menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Menolak kebijakan program ( MBG) dan meminta agar pemerintah lebih fokus pada pendidikan gratis di tanah Papua.

Ribuan pelajar dari jenjang SD, SMP, dan SMA , SMK di Kabupaten Paniai, Papua Tengah, turun ke Lapangan Karel Gobai di Enarotali pada Senin, 24 Februari 2025.

Tuntutan utama para demonstran adalah agar pemerintah pusat menggratiskan pendidikan di Papua secara menyeluruh, daripada hanya memberikan bantuan makanan bergizi. Mereka menilai bahwa pendidikan yang berkualitas dan gratis lebih penting untuk masa depan mereka dibandingkan dengan program makanan gratis.

Demonstrasi ini mencerminkan aspirasi masyarakat setempat yang menginginkan perubahan kebijakan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah terkait aksi penolakan ( MBG ) 

Dalam aksi demonstrasi tersebut, para siswa-siswi membawa spanduk dan meneriakkan aspirasi mereka, menegaskan bahwa akses pendidikan yang gratis dan berkualitas lebih penting bagi masa depan mereka dibandingkan dengan pemberian makanan gratis. Mereka menilai bahwa tanpa pendidikan yang baik, program MBG tidak akan cukup untuk meningkatkan kesejahteraan dan masa depan generasi muda Papua.

Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah pusat mengenai tuntutan para pelajar tersebut. Namun, aksi ini menunjukkan bahwa masyarakat Papua, khususnya para pelajar, menginginkan kebijakan yang lebih fokus pada sektor pendidikan demi peningkatan sumber daya manusia di daerah-daerah di tanah Papua.

Dalam aksi demo solidaritas yang dilakukan oleh ribuan pelajar di Kabupaten Paniai, berbagai pamflet dan baliho berisi aspirasi mereka dibentangkan di Lapangan Karel Gobai, Enarotali. Tuntutan utama yang disuarakan adalah penolakan terhadap program Makanan Bergizi Gratis (MBG) dan permintaan agar pemerintah pusat menggratiskan pendidikan di seluruh tanah Papua.


"STOP BERI KAMI MAKAN GRATIS MBG, TETAPI BERIKAN PENDIDIKAN GRATIS – ITULAH HARAPAN!"
Aksi ini mencerminkan sikap kritis para pelajar yang menilai bahwa pendidikan gratis jauh lebih penting dibandingkan bantuan makanan. Mereka menegaskan bahwa Papua memiliki sumber daya alam yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi masih kekurangan akses terhadap pendidikan yang layak dan gratis.

Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah mengenai tuntutan ini.

Koordinator lapangan korlap yang enggan menyebutkan namanya dalam aksi ini menekankan bahwa pendidikan gratis dianggap lebih penting untuk masa depan anak-anak Papua dibandingkan dengan program bantuan makanan gratis . 

Tuntutan ini mencerminkan keinginan masyarakat setempat agar pemerintah lebih fokus pada peningkatan kualitas pendidikan, aksesibilitas, dan fasilitas sekolah di daerah mereka," ungkapnya. 

Menurut Ketua Koordinator aksi, masyarakat merasa bahwa program makanan gratis yang diterapkan di berbagai tempat justru menimbulkan banyak kasus keracunan. Hal ini menjadi alasan utama mereka turun ke lapangan untuk menolak kebijakan tersebut. 

Mereka menegaskan bahwa pendidikan gratis jauh lebih penting dan seharusnya menjadi prioritas utama bagi pemerintah Indonesia," tegasnya. 

Lebih lanjut, Ketua Koordinator menyatakan bahwa program makanan gratis ini tidak memiliki motif tersembunyi yang bertujuan untuk ketinggalan kemajuan pendidikan "Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran mendalam masyarakat terhadap dampak jangka panjang dari kebijakan pemerintah yang mereka anggap tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat Papua," ucapnya. 

Menanggapi hal ini, ribuan siswa dan pelajar demonstran juga menegaskan bahwa masyarakat Papua mampu menjamin kehidupan mereka sendiri tanpa ketergantungan pada program makanan gratis. 

Mereka menyatakan bahwa Papua memiliki sumber daya alam yang kaya dan gizi yang cukup. Oleh karena itu, mereka menuntut agar pemerintah lebih fokus pada evaluasi dan penerapan pendidikan gratis daripada mengalokasikan anggaran untuk makanan gratis," katanya. 
Para demonstran menuntut agar pemerintah menghentikan eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh berbagai perusahaan, seperti PT Freeport di Timika, serta eksploitasi sumber daya di Nabire, Yahukimo, Paniai Degeuwo, Sorong, Merauke, Keerom, dan Manokwari. Mereka menilai bahwa eksploitasi ini tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengancam masa depan masyarakat adat Papua yang selama ini bergantung pada alam.

Beberapa tuntutan utama demonstran terkait eksploitasi sumber daya alam meliputi:

1. Menolak pembukaan Blok Wabu yang mengandung emas, minyak, gas, dan batu uranium, karena dianggap hanya akan memperparah kerusakan lingkungan dan mengancam kehidupan masyarakat Papua.

2. Menyoroti deforestasi dan eksploitasi hutan yang semakin parah, terutama di wilayah Nabire, Timika, Jayapura, dan Mamberamo, akibat penebangan besar-besaran oleh perusahaan logging yang beroperasi dengan izin pemerintah.

3. Menghentikan eksploitasi sumber daya alam Papua yang selama ini dinilai lebih menguntungkan pihak luar daripada masyarakat setempat.

Selain itu, demonstran juga program makanan gratis (MBG) sebagai kebijakan yang tidak berpihak pada pendidikan pelajar Papua. Mereka mengaitkan program ini dengan berbagai TNI Pril, yang semakin memperkuat menandatangani bahwa kebijakan tersebut tidak benar-benar untuk kesejahteraan pelajar setanah Papua terutama wilayah berkonflik 

Atas dasar ini, para pelajar siswa-siswi Panai dengan tegas menolak program MBG serta mendesak pemerintah agar segera mengalokasikan anggaran untuk pendidikan gratis di Papua. Mereka menegaskan bahwa pendidikan gratis jauh lebih penting bagi masa depan generasi muda Papua dibandingkan sekadar program makanan gratis.

Gambar:
Bangkit lawanpenindasan, AntiKolonialisme
Pos.Admin

Sabtu, 22 Februari 2025

"MEMAHAMI INTRUKSI AI"

Dengan berbagai aplikasi-aplikasi yang sedang beredar, di dunia AI (Artificial Inteligence)
-------------------------------------------------------------
Artikel. Marsian Madai
Tetesan Air Mata Ibunda, Kota Tua Holandia - Melangkah Tanpa Alas Kaki-Kita diajak untuk memahami instruksi dibawah ini. Perbuatan AI (Artificial Inteligence), dengan menggunakan berbagai aplikasi misalnya chatGPT atau Google, untuk menerjemahkan bahkan mencari informasi yang dibutuhkan melalui aplikasi tersebut. 

Aplikasi-aplikasi tersebut, bisa dapat membantu kita secara menguntungkan dan merugikan. Banyak pernyataan, Sumber dan pemahaman yang akan diberikan tergantung  apa yang kita meminta atau menanyakan.

Kita boleh saja menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut untuk mencari Sumber data, Referensi, agar membantu kita untuk dicarikan melalui aplikasi tersebut. Kita tetap tekun untuk mencari dan mendapatkan informasi, referensi dan pemahaman lainnya. Ini sebagai sumber belajar yang sudah menyediakan kita untuk lebih fokus dan rajin untuk mencarinya.

Aplikasi-aplikasi tersebut pasti memiliki banyak kekurangan dan kelebihan, karena manusia yang telah dan selalu memprogramkan dan mendatakan ke dalam aplikasi-aplikasi tersebut.

Jadi...
- Kelebihan AI dengan aplikasi-aplikasi tersebut, bisa dapat memberikan kita informasi, sumber referensi, memudahkan kita untuk mendapatkan suatu Sumber informasi yang kita telah mencari.

- Kelemahan, adalah tidak 💯 % yang akan dapat memberikan kita informasi, sumber data,  dan referensi yang kita sedang mencari. Sehingga, aplikasi-aplikasi ini juga buatan OpenAI dan manusia yang mendatakan atau memprogramkan didalamnya.

Jadi, tetap tekun, rajin dalam mencari informasi, referensi, dan sumber data lainnya.
Dengan adanya kelebihan dan kekurangan kita tetap dapat mempertimbangkan untuk mendapatkan sebuah informasi, data dan referensi. Yang artinya tidak selalu menggunakan aplikasi tersebut karena masih banyak pengetahuan, masih banyak Sumber data, Referensi, Buku, yang telah terbantahkan didalam ruangan PERPUSTAKAAN MINI. Sebab, kita meluangkan waktu juga untuk literasi, numerasi, membaca buku yang ada di dalam ruang perpustakaan tersebut. Karena semua Sumber data, Referensi, itu lebih banyak juga di dalam buku.

Maka, penting untuk literasi, numerasi, membaca buku, di "Perpustakaan Mini" banyak buku terbrantahkan untuk kita diajak membaca, melalui itu Sumber pengetahuan data, referensinya, dapat memudahkan pula untuk kita dapatkan.

Kelemahan-kelemahan AI adalah tidak semua data yang ada dalam buku di perpustakaan itu tidak semua memasuki atau memuat serta memprogramkan di dalam aplikasi AI tersebut.

Jadi, masih banyak data, pengetahuan, sumber data dan informasi serta referensi yang ada dalam buku tidak semua memuat di dalam Program AI (Artificial Inteligence), atau aplikasi-aplikasi tersebut. Sebab, rajin untuk mencari informasi data, juga di buku di perpustakaan. Jangan selalu menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut, walaupun dengan aplikasi-aplikasi tersebut biasa dapat memberikan kita apa yang kita mencari. 

Tetapi, Ia juga mengakui bahwa ada kelemahan, yang artinya tidak seratus persen akan memberikan kepada kita. Sehingga masih banyak pengetahuan, data, Sumber informasi dan referensi, ada di buku di perpustakaan maka, meluangkan waktu untuk literasi, numerasi, dan membaca.

Pagi ini kami memastikan atau menanyakan pertanyaan di bawah ini kepada AI (Artificial Inteligence) melalui aplikasi ChatGPT sehingga menjawab demikian, maka kami informasikan dan saran, masukan, kepada kita sekalian agar supaya bisa dapat mempertimbangkan dengan itu semua.

Demikian masukan, saran daripada kami, semoga bermanfaat !!
Jika, salah kami anggap biasa dan masih pagi untuk memperbaiki kedepan
Kami membutuhkan Saran, Kritikan, Sanggaan, Masukan dan lainnya!!!
Sumber:
SalamLiterasi, Tekuni, Mencari, Menulis, Syallom,SatuJuang, 

Madai Sian, FromHollandiaJayapuraPapua, PERPUSTAKAN MINI IPPMA JAYAPUR.

Post. Admind

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH.

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH.

Artikel. Sian Madai

Konsep Dari Seorang Pemimpin Daerah Adalah Dasar untuk Menentukan Masadepan yang Lebih Cerah. 
Keahlian/ Hobi, dan Kreatif/Karier yang di miliki oleh Orang Asli Papua (OAP) merupakan membuka ruang dan membuka lapangan kerja untuk membantu pemerintah setempat, sebagaian juga sebagai bentuk nyata membangun dan mempersempit pengangguran di Papua.

Sekali lagi, Melalui bakat/ Karier yang telah dimilikinya merupakan menciptakan lapangan pekerjaan baru sebagai membantu pemerintah Daerah untuk itu, pemerintah perlu diperhatikan dan diolah dengan baik. 

Dimana pemerintah pusat diberikan Otonomi khusus seluasnya di Papua bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia papua namun, Dana otonomi khusus Papua hilang jejak adalah cara tidak betul yang dilakukan, Dana otonomi khusus tersebut  harus digunakan dengan baik dan harus diperioritaskan Anak-anak Papua dalam mambangun kariernya orang Asli Papua (OAP). 

Membangun karier Orang Asli Papua (OAP) merupakan, bagian dari menyekolakhan agar kemandirian manusia dibentuk.

Bakat/ hobi, dan talenta atau Karier, yang telah dimiliki, mereka menciptakan berbagai kreativitas misalnya, Melukis, Anyam Noken, Anyam Pakaian, Bengkelan Mobil dan Motor, Kursus, Komputer, Kursus Desain, Kursus bahasa, dan kreatif lainya, harus berikan bantuan kepada mereka seluasnya, Namun melihat dengan jelas bahwa talenta-talenta dan kreatif mereka terpendam terus-menerus dari zaman ke zaman dan periode ke periode, hal ini disebabkan oleh pemerintah daerah belum pernah ada dorongan sama sekali, Dana Otsus menjadi hilang jejak tanpa bekasnya.

Kami Memper tanyakan:
 Otonomi khusus Papua triliunan rupiah /per tahun untuk Apa ? dan digunakan untuk siapa?, jika bukan perioritaskan Anak-anak papua...?

Sebenarnya pemerintah daerah harus fokus dan memberikan perhatian khusus bagi para pewaris-pewaris kreatif terutama:
1. Anyam Noken,
2. Anyam pakaian/Penjahit pakaian 
3. Melukis,
4. Penulis-penulis cerpenis, nopellis,
5. Perbengkelan Mobil dan Motor,
6. Kursus Bahasa, Matematika, dan lainnya, termasuk pengoperasian alat-alat teknologi dan informasi. 

Namun karna pemerintah tidak memerhatikan sehingga selalu terpendam dalam diri, Dari luar menganggap dan mengatakan bahwa Orang Asli Papua (OAP) tidak Mampu dan tidak tahu berbuat apa-apa? hanya karna tidak ada perhatian khusus. Hanya kreatif Noken yang bisa sampai UNESCO, itu pun kerja kerasnya seorang suasta bukan bantuan dari pemerintah daerah di Papua.

Jika pemerintah daerah lipat tangan melihat seperti itu lebih dilihat dari seorang pemimpin yang tidak mampu melihat masalah di lapangan, dan kekalahan pemimpin daerah, juga juga termasuk tidak pernah memikirkan untuk Daerahnya sendiri atau Konsep pemerintah daerah masih lemah.

Hanya karena pemerintah daerah tidak ada perhatian khusus bagi mereka, maka Orang yang telah miliki talenta pun tidak bisa berkembang dan dicap sebagai (Tidak tau Apa-apa)

Solusi  dari mereka hanya satu Pemerintah daerah harus merubah diri untuk memperhatikannya, dengan adanya perhatian khusus maka mereka juga ada harapan untuk berkembang. 

Talenta-talenta yang dimiliki Anak-anak papua tersebut perlu untuk diperhatikan dari pemimpin dan itu masalah besar dari pemerintahan baik itu dari kabupaten, maupun dari daerah Provinsi di seluruh wilayah Papua Barat.

Hal Kreatif atau Karier seseorang ini tidak pernah dilihat maka tidak akan menyelesaiakn masalah dasar di daerah, pada dasarnya hal ini masalah besar di daerah.

Dengan adanya perhatian dari pemerintah agar mereka bisa merasakan perhatian secara penuh dan dari perhatian khususnya mereka bisa meningkatkan talenta-talenta yang miliki itu terbuka lebar dan secara global. 

Dana Otonomi khusus Papua digunakan untuk itu, tetapi realita selama ini belum pernah terbukti penyaluran dana triliunan rupiah Otonomi khusus wilayah Papua dikatakan Gagal.

Orang luar dan Negara tetangga kita mereka lebih fokus pada kreatif sehingga diluar sana lebih berkembang pesat hanya di Indonesia dan lebih kusus di papua tidak ada perubahan dan begitu-begitu terus. Arahnya kemana hari ini, belum bukti hanya pemerintah yang karakternya  Jalan tempat.


Melalui Kreativitas Anak-Anak papua juga suatu kelak nanti mereka bisa berlomba di tingkat nasional maupun internasional dengan konsep "Papua Juga Bisa", 

Membangun Daerah bukan hanya sekedar Kita Membangun sebuah Gedung Mengah tanpa penghuni, Mengaspal jalan diatas Pengaspalan, sementara jalan-jalan di daerah sekitarnya Masih Berlubang, Jembatan masih belum dibangun Melapis tembok besar-besaran tanpa tidak ada pemanfaatan, Seperti ini Pemerintah bisa membangun tanpa memikirkan siapa penggunanya, dan tidak mengerti arah dan tujuannya !.

Kreativitas anak-anak papua harus didorong oleh pemerintah daerah setempat supaya anak-anak papua juga bisa ekspresi dan bisa merasakan Otonomi khusus melalui talenta-talentanya yang anak-anak papua miliki sekaligus diiringinya.

Pemerintah Indonesia di papua bagi Orang Asli Papua tidak ada pemanfaatan yang jelas karna, pemerintah anggap lebih mulia adalah Pembangunan Gedung, Tembok Raksasa, sementara Orang Asli Papua lebih berharap supaya kreatif yang dimiliki oleh setiap Orang Asli Papua (OAP) harus berkembang dan maju sesui bakat yang dimiliki.

Jadi kami berhadap , coba kasih kesempatan untuk mereka pasti mereka bersemangat untuk menciptakan karya-karyanya dengan menggunakan talenta yang dimilikinya itu. Sangat penting untuk perhatikan mereka agar supaya tetap semangat, tetap fokus, dan selalu memberikan karya-karyanya yang baik sebagai pendorong pemerintah daerah setempat.

Sebab, perhatikan mereka yang memiliki berbagai bakat dan talenta yang mampu menciptakan suatu karya-karyanya dengan cara mereka sendiri. Karena mereka yang akan memegang teguh dan terus mempertahankan serta mengembangkan karya-karya itu.

Suatu saat nanti kita juga pasti membutuhkan mereka dan kita juga harus beri sponsori mereka dan juga, tolong perhatikan dan kasih kesempatan untuk mereka. Sekalipun salah, berikan mereka pemahaman untuk terus bangun dan berkarya. Sebab, kehidupan adalah belajar.

Jangan lupa kasih kesempatan untuk mereka, Jangan selalu meremehkan dan terbelenggu dengan isu-isu yang sifatnya menjajah, coba perhatikan darahmu sendiri dan tanah mu sendiri, karena pada akhirnya darahmu sendiri yang mengusahakan untuk mempertahankan berbagai hal itu, di Tanah sendiri. 
Kadang panggil mereka yang lain terus jadi, bukan darahnya sendiri.

Hai Penghuni Bumi.
Ke-alihan Atau Hobi, Talenta/Karier Harus Bangun Seperti Rumah Pribadai.
_______________________________________________

Ditulis oleh seorang Mahasiswa salah satu Kampus Asal Jayapura Papua Barat.
Holandia pada 22 Februari 2025

Pos.Atmin

PERINGATAN 22 FEBRUARI :PESTA TAKHTA SUCI SANTO PETRUS, RASUL

Artikel.
Tetesan Air mata Ibubda-Kota Suci Roma -Melangkah Tanpa Alas Kaki _Menurut cerita lisan yang beredar di kalangan gereja, Santo Petrus yang diberi kuasa oleh Yesus untuk memimpin Gereja mendirikan dua buah tahta keuskupan.

Yang pertama didirikan di Antiokhia, di tengah tengah kaum Yahudi dan orang orang kafir pada tahun 35.

 
Disana Petrus memimpin jemaatnya selama tujuh tahun. Setelah dua kali mengunjungi Roma, maka pada tahun 65 ia menetap disana sebagai Uskup pertama.

Maksud pesta Tahta suci Santo Petrus adalah untuk menghormati Petrus sebagai Wakil Kristus dan gembala tertinggi gereja yang mempunyai kuasa rohani atas segenap anggota gereja dan semua gereja setempat.

Kuasa Petrus ini yang lazim disebut Primat Petrus - diberikan langsung oleh Yesus sebelum kenaikan Nya ke surga (Yoh 21:15-19).
 
Berdasarkan Kitab Suci, Simon Petrus, juga dikenal sebagai Kefas (Yohanes 1:42), adalah salah satu pengikut pertama Yesus Kristus. Ia merupakan murid yang sangat bersemangat dan lantang, juga salah satu kerabat terdekat Yesus, seorang rasul, dan "sokoguru" gereja (Galatia 2:9)
 
Petrus bersikap antusias, keras kepala, impulsif, dan ada kalanya, kurang ajar. Petrus mempunyai banyak keunggulan namun juga beberapa kelemahan. Meskipun demikian, Tuhan yang memilih menggunakannya terus bekerja membentuk karakternya menjadi yang Ia harapkan.

Simon Petrus berasal dari Betsaida (Yohanes 1:44) dan hidup di Kapernaum (Markus 1:29), dua kota yang berada di pesisir Danau Galilea. Ia berstatus menikah (1 Korintus 9:5; Markus 1:30), dan ia serta Yakobus dan Yohanes merupakan mitra dalam usaha penangkapan ikan (Lukas 5:10).
 
Simon Petrus menemui Yesus setelah dikenalkan oleh Andreas, saudaranya, yang mengikuti Yesus setelah mendengar Yohanes Pembaptis berkata bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah (Yohanes 1:35-36). Andreas kemudian langsung mencari saudaranya untuk memperkenalkan Yesus.
 
Ketika bertemu dengan Simon, Yesus memberinya nama yang baru: Kefas (bahasa Aram) atau Petrus (Yunani), yang berarti "batu karang" (Yohanes 1:40-42). Beberapa waktu kemudian, secara resmi Yesus memanggil Petrus supaya mengikuti-Nya, dan dalam proses itu, menghasilkan mujizat penangkapan ikan (Lukas 5:1-11). Dengan serentak, Petrus meninggalkan semuanya untuk mengikuti Tuhan (ayat 11).

Selama tiga tahun kemudian, Petrus hidup sebagai murid Tuhan YEsus. Berbakat pemimpin, Petrus menjadi juru bicara kedua-belas murid (Matius 15:15; 18:21; 19:27; Markus 11:21; Lukas 8:45; 12:41; Yohanes 6:6; 13:6-9,36). Lebih penting lagi, Petrus-lah yang pertama menyatakan bahwa Yesus adalah "Mesias, Anak Allah yang hidup," sebuah fakta yang Yesus kenali sebagai kebenaran yang diungkapkan oleh Allah (Matius 16:16-17).

Bersama Yakobus dan Yohanes, Petrus adalah bagian dari kelompok murid Yesus yang paling dalam. Hanya mereka bertiga yang hadir ketika Yesus membangkitkan putri Yairus (Markus 5:37) dan ketika Yesus mengalami transfigurasi di atas gunung (Matius 17:1). Petrus dan Yohanes diberi tugas khusus menyiapkan perjamuan Paskah yang terakhir (Lukas 22:8).

Dalam beberapa peristiwa, Petrus menunjukkan sikap terburu nafsu. Sebagai contoh, ialah Petrus yang meninggalkan perahu untuk berjalan di atas air mendatangi Yesus (Matius 14:28-29) – dan ketika pandangannya beralih dari Yesus, ia mulai tenggelam (ayat 30). Ialah Petrus yang menarik Yesus ke samping dan menegur Dia karena membicarakan kematian-Nya (Matius 16:22) – dan sebaliknya ditegur oleh Tuhan (ayat 23).
 
Ialah Petrus yang menyarankan dibangun tiga tabernakel sebagai penghormatan kepada Musa, Elia, dan Yesus (Matius 17:4) – dan ia juga terdiam ketakutan ketika kemuliaan Allah menyelimutinya (ayat 5-6). Ialah Petrus yang mengeluarkan pedangnya dan menyerang hamba imam agung (Yohanes 18:10) – dan langsung diperintah untuk menyarungkan senjatanya (ayat 11). Ialah Petrus yang membual bahwa dirinya tidak mungkin meninggalkan Tuhan, meskipun yang lainnya melarikan diri (Matius 26:33) – dan kemudian ia menyangkal bahwa dirinya mengenal Tuhan sebanyak tiga kali (ayat 70-74).

Di tengah pasang-surutnya iman Petrus, Tuhan Yesus terus berlaku sebagai Tuhan yang mengasihinya dan Pembimbingnya yang setia. Yesus meneguhkan Simon sebagai Petrus, sang "batu karang," di dalam Matius 16:18-19, dengan janji bahwa ia akan memegang peran kunci dalam menetapkan Gereja Yesus. Setelah kebangkitan-Nya,
 
Yesus menunjuk Petrus secara khusus mendengar kabar baik (Markus 16:7). Dan, mengulangi mujizat tangkapan ikan sekali lagi, Yesus menegaskan pengampunan Petrus serta pengangkatannya kembali sebagai seorang rasul (Yohanes 21:6, 15-17).

Pada hari Pentakosta, Petrus adalah pembicara utama pada perkumpulan orang di Yerusalem (Kisah 2:14), dan Gereja dimulai dengan pertobatan 3,000 jiwa baru (ayat 41). Kemudian, Petrus menyembuhkan seorang yang lumpuh (Kisah 3) dan berkhotbah secara berani di hadapan Sanhedrin (Kisah 4). Penangkapan, pemukulan, dan ancaman tak berhasil memadamkan semangat Petrus dalam memberitakan Kristus yang telah bangkit (Kisah 5).

Janji Yesus bahwa Petrus akan menjadi pondasi bagi pembangunan Gereja digenapi dalam tiga tahap: Petrus berkhotbah pada hari Pentakosta (Kisah 2). Kemudian, ia hadir ketika orang percaya di Samaria menerima Roh Kudus (Kisah 8). Dan pada akhirnya, ia dipanggil ke rumah prajurit Roma bernama Kornelius, yang juga percaya dan menerima Roh Kudus (Kisah 10). Dengan cara ini, Petrus "membuka" pintu Gereja pada tiga dunia yang berbeda: orang Yahudi, orang Samaria, dan orang non-Yahudi.

Sekalipun sebagai seorang rasul, Petrus mengalami beberapa peristiwa kemunduran. Pertama, ia ragu membagikan injil kepada Kornelius, seorang non-Yahudi. Akan tetapi, ketika ia melihat orang-orang Romawi menerima Roh Kudus sama seperti dirinya, Petrus berkonklusi bahwa "Allah tidak membedakan orang" (Kisah 10:34). Setelah peristiwa itu, Petrus membela orang Kristen non-Yahudi dan menegaskan mereka tidak perlu memelihara hukum Yahudi (Kisah 15:7-11).

Adapun episode pertumbuhan dalam kehidupan Petrus ketika ia mengunjungi Antiokhia, dimana ia bersekutu dengan orang percaya non-Yahudi. Akan tetapi, ketika sekelompok Yahudi tiba di Antiokhia, Petrus berusaha memenuhi tuntutan mereka, dan menghindari orang Kristen non-Yahudi. Rasul Paulus menyebut hal ini munafik dan melayangkan tuduhan ini secara langsung di hadapan Petrus (Galatia 2:11-14).

Di kemudian hari, Petrus menghabiskan waktu dengan Yohanes Markus (1 Petrus 5:13), yang menulis Injil Markus berdasarkan apa yang diingat oleh Petrus tentang waktunya bersama Yesus. Petrus juga menulis dua surat, 1 dan 2 Petrus, di antara tahun 60 dan 68. Yesus bernubuat bahwa Petrus akan mati sebagai martir (Yohanes 21:18-19) — yang digenapi, berdasarkan asumsi, pada masa pemerintahan Nero.
 
Tradisi menyebutkan bahwa Petrus disalibkan terbalik di Roma, dan, meskipun cerita itu benar, Alkitab tidak menceritakannya dan tidak ada kesaksian sejarah yang dapat membuktikannya.

Sumber : https://www.katolikku.com/santo-santa/16111939416/peringatan-22-februari-pesta-tahta-suci-santo-petrus-rasul. PestaTakhtaRasulPetrus, TakhtaRasulPetrus, GerejaKatolik, KatolikkuKeren, TentangKatolik, ParokiPoka, Semua Orang

Post. Admin

Jumat, 21 Februari 2025

Drone Militer TNI - Polri Pantau Markas TPNPB OPM Paniai Dokoge

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Paniai-Melangkah Tanpa Alas Kaki- Paniai, Camera terbang atau drone milik TNI dan Polri terbang di atas markas Kasad Angkatan Darat TPNPB OPM Paniai di Dokege pada hari ini, Sabtu, (22/2/2025).

Anggota Kasat TPNPB OPM Paniai di Dokege yang berada di lokasi langsung memotret pemantauan drone itu, kata Vull Member.

"Hari ini terjadi pemantauan markas Kasad angkatan darat TPNPB OPM Paniai di Dokege menggunakan drone TNI polri. Drone tersebut telah berputar di atas markas tersebut sejak tanggal 14 Februari 2025 hingga hari ini," kata salah satu saksi mata yang berada di markas, Lanjutnya.

Walaupun terjadi berulang kali, pihaknya tak melakukan apapun. Sebab anggota Kasat menyadari kedatangan drone hanya memancing situasi Paniai menjadi kacau, pungkas Vull Member.

 Hal ini dibiarkan oleh pertahanan Kasad," katanya.

Pemantauan ini terkait dengan upaya TNI Polri untuk memerang markas Kasad. Seluruh pasukan pertahanan angkatan darat TPNPB OPM sudah standby di markas, kanjut dengan sejujurnya. 

"Untuk antisipasi dan melawan kekerasan negara melalui moncong senjata modern milik negara boneka Indonesia," katanya.

Catatan Vull Member.

Senin, 17 Februari 2025

Demo 'Indonesia Gelap', Mahasiswa Tolak Revisi UU TNI, Polri & Kejaksaan.

Tetesan Air Mata Ibunda- Ibu Kota Jakarta pusat Melangkah Tampa Alas Kaki- "Demo 'Indonesia Gelap', Mahasiswa Tolak Revisi UU TNI, Polri & Kejaksaan" selengkapnya. 

Koalisi masyarakat sipil bersama Aliansi BEM Seluruh Indonesia (SI) menggelar aksi unjuk rasa bertajuk 'Indonesia Gelap'. Aksi unjukrasa digelar untuk menolak sejumlah kebijakan pemeintah yang dinilai semakin jauh dari prinsip keadilan sosial, demokrasi hingga kesejahteraan rakyat.

Sejumlah kebijakan yang ditolak mulai dari pemotongan anggaran pendidikan hingga penolakan terhadap rencana revisi sejumlah aturan Undang-Undang, Kejaksaan, Undang-Undang Polri dan Undang-Undang TNI. Aksi berlangsung di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Senin (17/2/2025).

Massa aksi 'Indonesia Gelap' menuntut terciptanya pendidikan gratis, ilmiah, dan demokratis. Mereka juga meminta pemangkasan anggaran pendidikan dibatalkan.

Baca artikel detiknews, "Demo 'Indonesia Gelap', Mahasiswa Tolak Revisi UU TNI, Polri & Kejaksaan" selengkapnya.

Anggaran pendidikan yang layak adalah hal penting untuk memastikan seluruh rakyat akses pendidikan murah dan layak. Pendidikan adalah hak fundamental setiap warga negara. Pemangkasan anggaran pendidikan hanya akan memperdalam ketimpangan akses pendidikan dan memperburuk kualitasnya," kata Koordinator BEM SI kerakyatan, Satria dalam keterangannya.

Baca artikel detiknews, "Demo 'Indonesia Gelap', Mahasiswa Tolak Revisi UU TNI, Polri & Kejaksaan" selengkapnya.

Satria menyampaikan, massa aksi juga meminta dilakukan evaluasi Proyek Strategis Nasional yang bermasalah hingga menolak revisi Undang-Undang Minerba. Dia menyebut ada beberapa revisi Undang-Undang yang akan mengancam kehidupan demokrasi dan hak asasi manusia. Menurutnya, lembaga-lembaga negara berlomba meminta kewenangan yang berlebihan melalui beragam revisi yakni revisi Undang-Undang Polri revisi Undang-Undang Kejaksaan dan revisi Undang-Undang TNI

Dalam revisi UU Polri, Polisi ingin memperluas kewenangan lebih agar dapat melakukan kontrol terhadap konten-konten dalam media sosial. Sementara dalam rencana revisi UU Kejaksaan, Jaksa ingin memperkuat hak imunitasnya. Hak imunitas ini sebelumnya sudah diatur dalam UU Kejaksaan yang berlaku saat ini.

 Rencana revisi terhadap berbagai UU tersebut berbahaya dan menyimpang dari prinsip persamaan diahadapan hukum karena harusnya semua warga dan aparat negara tidak boleh mendapatkan imunitas itu," ujarnya.

"Sementara rencana revisi UU TNI akan memberi ruang untuk militer masuk kembali dalam penegakan hukum seperti masa lalu. Padahal
Hingga saaat ini militer belum tunduk pada peradilan umum, dan lagi-lagi kondisi tersebut sangat berbahaya untuk demokrasi," lanjutnya.

Mahasiswa juga menuntut agar multifungsi ABRI dicabut. Sebagaimana diketahui saat ini banyak TNI aktif dan Polisi aktif menduduki jabatan-jabatan sipil. Hal ini dinilai telah menyalahi demokrasi dan menyimpang dari tugas pokok mereka sebagaimana di atur dalam Undang-Undang.

Baca artikel detiknews, "Demo 'Indonesia Gelap', Mahasiswa Tolak Revisi UU TNI, Polri & Kejaksaan" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-7783046/demo-indonesia-gelap-mahasiswa-tolak-revisi-uu-tni-polri-kejaksaan.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Posts. Admin 

Sabtu, 15 Februari 2025

EKOLOGI POLITIK SUMBER DAYA ALAM DALAM PENGHIDUPAN DI PAPUA

Oleh.Jakson Arnold Klasibin,
Papua merupakan wilayah yang memiliki kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, seperti emas, tembaga, gas alam, serta keanekaragaman hayati yang unik. Namun, kekayaan ini juga menjadi sumber konflik yang melibatkan kepentingan lokal, nasional, dan global. Salah satu contoh nyata adalah kasus PT Freeport Indonesia yang telah beroperasi sejak 1967. Eksploitasi tambang emas dan tembaga oleh perusahaan ini telah mengakibatkan dampak lingkungan besar seperti pencemaran air dan kerusakan ekosistem (Ballard & Banks, 2003). Selain itu, masyarakat adat seperti suku Amungme dan Kamoro yang tanahnya menjadi area konsesi sering kali mengalami marginalisasi ekonomi dan sosial (Leith, 2003).

Proyek besar lainnya, seperti Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE), melibatkan alokasi jutaan hektar lahan untuk perkebunan skala besar. Proyek ini menyebabkan deforestasi, hilangnya akses masyarakat adat terhadap tanah ulayat, serta perubahan signifikan dalam sistem penghidupan lokal (Pusaka Foundation, 2018). Di sisi lain, Papua juga menghadapi deforestasi masif akibat ekspansi kelapa sawit. Penelitian oleh Sloan et al. (2019) menunjukkan bahwa antara 2001 dan 2018, Papua kehilangan sekitar 1,5 juta hektar hutan primer.

Selain sektor pertambangan dan perkebunan, eksplorasi gas alam di Teluk Bintuni menjadi perhatian. Proyek-proyek ini menghasilkan pendapatan besar bagi pemerintah, tetapi masyarakat lokal sering kali hanya menerima dampak negatif berupa kerusakan lingkungan dan konflik sosial. Menurut Anderson (2015), proyek-proyek ini sering dilaksanakan tanpa konsultasi mendalam dengan masyarakat adat.

Tekanan pembangunan di Papua juga terkait dengan proyek infrastruktur besar seperti Jalan Trans-Papua. Meski bertujuan meningkatkan konektivitas wilayah, proyek ini mempengaruhi ekosistem lokal dan masyarakat adat secara signifikan. Pembangunan yang hanya melihat berdasarkan kacamata Jakarta ini sering kali mengabaikan prinsip keberlanjutan sosial dan ekologis.

Di tengah konflik SDA ini, pendekatan ekologi politik menjadi kerangka yang relevan untuk memahami dinamika yang terjadi. Ekologi politik mengintegrasikan perspektif politik, ekonomi, dan ekologi untuk mengungkap bagaimana pengelolaan SDA dipengaruhi oleh relasi kuasa. Dengan menggunakan pendekatan ini, kita dapat menganalisis bagaimana eksploitasi SDA menciptakan konflik kepentingan antara aktor lokal, nasional, dan global.

Selain konflik SDA, perubahan sosial-budaya masyarakat adat juga menjadi perhatian penting. Modernisasi sering kali mempengaruhi nilai-nilai tradisional yang erat kaitannya dengan alam. Hal ini mengakibatkan pergeseran dalam cara masyarakat adat memandang dan memanfaatkan sumber daya alam mereka.

Pendekatan yang lebih baik dan menghormati hak-hak masyarakat adat diperlukan untuk menciptakan pengelolaan SDA yang adil dan berkelanjutan. Dengan demikian, Papua dapat menjadi contoh keberhasilan dalam mengintegrasikan nilai-nilai lokal ke dalam pembangunan nasional.

Sisten Penghidupan di Papua

Sistem penghidupan masyarakat Papua secara tradisional sangat terkait dengan alam dan ekosistem sekitarnya. Masyarakat adat seperti suku Lani, Amungme, dan Kamoro mengandalkan praktik berburu, meramu, bertani secara subsisten, dan perikanan sebagai strategi utama penghidupan mereka (Aglionby, 2016). Hubungan ini tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi juga spiritual, di mana tanah dan hutan dianggap sebagai bagian integral dari identitas budaya mereka (McWilliam, 2001).

Modernisasi dan eksploitasi SDA telah mengancam keberlanjutan sistem penghidupan ini. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit yang mencapai 2,4 juta hektar di Papua (Forest Watch Indonesia, 2020) mengubah pola akses masyarakat terhadap tanah ulayat. Selain itu, proyek infrastruktur besar seperti Jalan Trans-Papua sering kali dilakukan tanpa konsultasi memadai, sehingga mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan dislokasi sosial.

Generasi muda mulai meninggalkan praktik tradisional untuk mencari pekerjaan di sektor formal. Namun, kesempatan kerja yang tersedia sering kali tidak sesuai dengan keterampilan mereka, menciptakan masalah pengangguran baru di komunitas adat (Tebay, 2020). Selain itu, perubahan pola konsumsi juga terlihat, di mana masyarakat mulai bergantung pada produk impor, mengurangi ketergantungan mereka pada hasil alam lokal.

Praktik tradisional seperti “sasi” menunjukkan bagaimana pengetahuan lokal berperan penting dalam menjaga keseimbangan sosial-ekologis (McWilliam, 2001). Namun, tekanan eksternal dari kapitalisme global sering kali mengabaikan nilai-nilai ini. Misalnya, pengambilalihan tanah ulayat untuk perkebunan kelapa sawit telah mengurangi kemampuan masyarakat adat untuk mengelola sumber daya mereka secara mandiri.

Sebuah studi oleh Timmer (2021) mencatat bahwa sistem penghidupan masyarakat Papua berubah drastis akibat proyek pembangunan besar. Ketergantungan pada sektor formal membuat mereka lebih rentan terhadap fluktuasi ekonomi global. Selain itu, dampak lingkungan dari proyek-proyek ini sering kali merusak sumber daya yang menjadi andalan mereka.

Masyarakat adat Papua juga menghadapi tantangan dalam mempertahankan pengetahuan tradisional mereka. Generasi muda cenderung kehilangan keterampilan tradisional karena kurangnya pendidikan berbasis budaya. Untuk melindungi sistem penghidupan ini, diperlukan program-program yang mendukung transfer pengetahuan antar generasi.

Hubungan Sosial Ekologi: Manusia dan Alam

Hubungan sosial-ekologi di Papua mencakup interaksi manusia dengan alam yang bersifat fungsional dan simbolis. Dalam pandangan masyarakat adat, tanah adalah pemberian leluhur yang harus dijaga. Hubungan ini mencerminkan keterkaitan antara ekologi dan identitas budaya. Misalnya, upacara adat sering kali melibatkan penghormatan kepada alam sebagai bentuk syukur dan perlindungan terhadap ekosistem lokal.

Namun, kapitalisme ekstraktif yang mendominasi kebijakan pembangunan nasional sering kali bertentangan dengan prinsip ini. Proyek-proyek pertambangan dan energi, misalnya, sering kali tidak memperhitungkan dampak jangka panjang terhadap ekosistem lokal dan penghidupan masyarakat adat (Li, 2007). Konflik antara kebutuhan konservasi dan eksploitasi ekonomi menjadi isu utama yang mempengaruhi hubungan manusia dan alam di Papua.

Penelitian oleh Munro (2019) menunjukkan bagaimana tekanan global untuk mengadopsi “ekonomi hijau” juga mempengaruhi Papua. Program seperti REDD+ yang bertujuan mengurangi deforestasi sering kali mengabaikan perspektif masyarakat adat, memprioritaskan konservasi dari pada hak atas tanah dan sumber daya mereka. Hal ini menciptakan ketegangan baru antara inisiatif global dan kebutuhan lokal.

Masyarakat adat memiliki pengetahuan yang kaya tentang pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan. Misalnya, sistem rotasi lahan dan larangan berburu musiman membantu menjaga keseimbangan ekosistem. Namun, kebijakan modern sering kali mengesampingkan nilai-nilai ini, memaksakan sistem pengelolaan berbasis pasar yang tidak selalu sesuai dengan konteks lokal.

Selain dampak ekologis, hubungan sosial-ekologi juga mencakup aspek spiritual. Bagi masyarakat adat, hutan bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga ruang sakral. Kehilangan hutan akibat deforestasi tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga identitas budaya mereka. Solusi yang berfokus pada keterlibatan masyarakat adat dalam pengambilan keputusan diperlukan untuk memperkuat hubungan manusia dan alam di Papua. Contohnya, inisiatif lokal seperti pengelolaan hutan berbasis masyarakat telah menunjukkan hasil yang positif dalam menjaga keanekaragaman hayati sekaligus memenuhi kebutuhan ekonomi.

Relasi Kuasa dalam Perebutan SDA

Relasi kuasa dalam pengelolaan SDA di Papua melibatkan berbagai aktor dengan kepentingan yang beragam. Pemerintah sering kali memanfaatkan regulasi untuk mendukung investasi skala besar, sementara perusahaan multinasional memanfaatkan kelemahan regulasi lokal untuk mengeksploitasi SDA secara masif (Li, 2014). Konflik ini diperparah oleh kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan terkait SDA.

Divestasi saham PT Freeport Indonesia pada 2018 menunjukkan bagaimana pembangunan sering kali dilakukan dengan cara perampasan atau development by dispossession, yang tidak hanya merusak ekosistem tetapi juga menghilangkan hak-hak masyarakat adat (Harvey, 2005). Sementara itu, proyek seperti Jalan Trans-Papua menunjukkan prioritas ekonomi nasional yang sering kali mengorbankan kebutuhan lokal.

Selain konflik antara pemerintah dan masyarakat adat, terdapat juga ketegangan di antara komunitas lokal. Tumpang tindih klaim atas tanah ulayat sering kali menciptakan konflik internal yang melemahkan solidaritas mereka dalam menghadapi aktor eksternal. Penelitian oleh Kleden et al. (2021) mencatat bahwa kurangnya mediasi yang efektif sering kali memperburuk situasi ini.

Proyek-proyek pembangunan yang tidak partisipatif juga menciptakan ketimpangan dalam distribusi manfaat. Sebagian besar keuntungan ekonomi dari eksploitasi SDA mengalir ke pemerintah pusat atau perusahaan, sementara masyarakat lokal sering kali hanya menerima dampak negatif berupa kerusakan lingkungan dan kehilangan akses terhadap sumber daya.

Pemerintah perlu memperkuat regulasi yang melindungi hak-hak masyarakat adat. Selain itu, pelibatan masyarakat adat dalam pengelolaan SDA harus menjadi prioritas untuk menciptakan keadilan sosial dan ekologis. Contohnya, model co-management yang melibatkan masyarakat adat dan pemerintah dapat menjadi solusi untuk mengurangi konflik dan memastikan keberlanjutan.

Kesimpulan

Ekologi politik menyediakan kerangka kritis untuk memahami dinamika pengelolaan SDA di Papua. Pendekatan ini mengungkapkan bagaimana relasi kuasa, kebijakan pembangunan, dan kapitalisme global berkontribusi pada konflik sosial-ekologis dan kerusakan lingkungan. Sistem penghidupan masyarakat adat Papua, yang sangat bergantung pada hubungan harmonis dengan alam, terancam oleh eksploitasi yang tidak berkelanjutan.

Dengan demikian, saya merekomendasikan:

Pertama: Pengakuan Hak Masyarakat Adat. Pemerintah perlu mengakui dan melindungi hakhak masyarakat adat atas tanah ulayat melalui regulasi yang lebih kuat.

Kedua: Peningkatan Transparansi. Proses konsultasi publik yang partisipatif harus diterapkan dalam setiap proyek pembangunan.

Ketiga: Pengelolaan SDA Berbasis Lokal. Inisiatif seperti ekowisata dan produk hutan nonkayu dapat menjadi alternatif untuk pengelolaan SDA yang berkelanjutan.

Keempat: Perlindungan Ekosistem. Kebijakan konservasi harus mempertimbangkan keseimbangan antara pelestarian lingkungan dan hak masyarakat adat.

Kelima: Pendidikan Berbasis Budaya. Program pendidikan yang mendukung transfer pengetahuan tradisional perlu dikembangkan untuk melestarikan nilai-nilai lokal.

Dengan penerapan langkah-langkah ini, harapa saya Papua dapat menjadi model pengelolaan SDA yang adil dan berkelanjutan.

***

Daftar Pustaka

Aglionby, J. (2016). Traditional Livelihoods in Papua. The Guardian.

Anderson, B. (2015). Resource Management in Bintuni Bay. Environmental Policy Journal.

Ballard, C., & Banks, G. (2003). Resource Wars in Papua. Resources Policy, 28 (1-2), 123-135.

Forest Watch Indonesia. (2020). Perkebunan Kelapa Sawit di Papua. Forest Watch Indonesia Report.

Harvey, D. (2005). The New Imperialism. Oxford University Press.

Kleden, Y., et al. (2021). Social Tensions in Papua Development. Indonesian Social Review, 34 (2), 45-60.

Leith, D. (2003). The Politics of Power: Freeport in Papua. The Journal of Pacific History, 38 (1), 63-82.

Li, T. M. (2007). The Will to Improve: Governmentality, Development, and the Practice of Politics. Duke University Press.

McWilliam, A. (2001). Customary Land Tenure in Papua. Anthropological Forum, 11 (1), 4565.

Munro, P. G. (2019). The Global Green Economy and Papua. Conservation and Society, 17 (2), 150-162.

Pusaka Foundation. (2018). Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) Report.

Sloan, S., et al. (2019). Deforestation in Papua. Environmental Research Letters, 14 (3), 034015.

Tebay, N. (2020). Generational Shifts in Papua’s Livelihood. Papua Social Studies Journal, 29 (4), 87-101.

Timmer, J. (2021). Modernization and Livelihood Changes in Papua. Development and Change, 52 (3), 601-624.

TagsEkologiEkologi PapuaGerakan Masyarakat AdatKapitalismeKolonialisme Indonesia
Artikulli paraprak
KNPB dan Kesadaran Dekolonisasi Papua
 
Jakson Arnold Klasibin
Penulis adalah mahasiswa Magister Sosiologi Pedesaan, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pernah publikasi Suara Papua - Sabtu, 15 Februari 2025, 13:28 WP00

Poat. Admin

Jumat, 14 Februari 2025

7 Kelompok Tani Hutan Lindung Biak Numfor Mebutuhkan Kendaraan Roda Empat

Tetesan Air Mata Ibunda -Kota Tua Biak Numfor-Melangkah Tanpa Alas Maki_Kelompok Tani Hutan (KTH) Kofarwis di Kampung Rimba Jaya, Distrik Biak Timur, Kabupaten Biak Numfor mencatat peningkatan produksi minyak kayu putih sejak tahun 2017 hingga saat ini. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap komoditas tersebut.

"Meskipun ada tantangan dalam produksi, kami petani kayu putih di Kampung Rimba Jaya tetap semangat," ujar Isak Warnares, Sabtu (15/2/2025).

Dia menjelaskan untuk hasil produksi minyak kayu putih dari tujuh kelompok binaan KTH Kofarwis langsung dipasarkan melalui Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Biak Numfor, lanjut isak.

Kendala utama yang dihadapi para petani seperti akses transportasi menuju lahan produksi yang masih terbatas. Saat ini, KTH Kofarwis telah memiliki dua unit rumah produksi untuk penyulingan minyak kayu putih, (yegema)


Kamis, 13 Februari 2025

HAPPY VALENTINE'S DAY🥰💞

Hari Valentine's Day pada 14
Mengapa dirayakan Hari Kasih Sayang pada tanggal 14 Februari? 

Kisahnya berawal dengan
Kaisar Cladius II pada tahun 270 Masehi melarang adanya pernikahan selama kepemimpinannya. Peraturan ini bukan dibuat tanpa sebab. 
Pada saat itu Romawi Kuno ada perang besar-besaran dan Kaisar Cladius II kesulitan mendapatkan tentara yang akan diberangkatkan untuk berperang. 

Santo Valentinus yang masih tetap menikahkan pemuda dan pemudi secara diam - diam. 

Santo Valentinus akhirnya dihukum mati pada tanggal 14 Februari 270 Masehi.

 Kemudian pada tahun 496 Masehi, Paus Gelasius I menetapkan bahwa pada tanggal 14 Februari ditetapkan sebagai hari perayaan Valentine untuk mengenang jasa-jasa Santo Valentinus. 

SANTO VALENTINUS ADALAH PELINDUNG CINTA!
🙏🏼😇🥰💞

By. Pater Geri Injoynito 
Post. Admin

Rabu, 12 Februari 2025

Cahaya Yang Lembut, Duci, Seakan Memancar dari Tengah Semak Belukar Yang Lebat

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota kupang-Melanvkah Tanpa Alas Kaki- Di kedalaman hutan Onlasi, Kupang, di mana pepohonan menjulang tinggi dan bayangan menari-nari di bawah sinar bulan purnama, seorang pemburu bernama Manu menjalani profesinya. Udara malam terasa dingin menusuk kulitnya yang terbiasa dengan terik matahari. 

Manu, dengan senapan di pundak dan hati yang penuh harap akan keberuntungan, menyusuri jalan setapak yang hanya ia sendiri yang tahu.
 
Tiba-tiba, cahaya aneh menarik perhatiannya. Bukan cahaya api unggun, atau kilatan petir, tetapi cahaya yang lembut, suci, seakan memancar dari tengah semak belukar yang lebat. Hati Manu berdebar-debar. Ia melangkah hati-hati, senapannya siap siaga.
 
Di balik dedaunan yang rimbun, tersembunyi sebuah patung. Patung kayu yang sederhana, namun memancarkan aura damai yang luar biasa. Itu adalah patung Tuhan Yesus, wajahnya tenang dan penuh kasih, tangannya terulur seolah memberi berkat. Manu tertegun. Ia, seorang pemburu yang keras hidupnya, merasa sebuah kedamaian yang tak pernah ia rasakan sebelumnya menyelimuti jiwanya.
 
Manu tidak tahu bagaimana patung itu sampai di sana. Mungkin terbawa angin, mungkin terjatuh dari langit. Yang ia tahu, penemuan ini terasa lebih dari sekadar keberuntungan berburu. Ini adalah sebuah keajaiban.
 
Dengan hati penuh hormat, Manu membawa patung itu pulang. Ia membersihkannya dengan kain lembut, dan meletakkannya di tempat yang terhormat di rumahnya. Sejak saat itu, kehidupannya berubah. Ia merasa lebih tenang, lebih damai, dan lebih dekat dengan Tuhan. Keberuntungan dalam berburu tetap ada, tetapi lebih dari itu, ia menemukan kekayaan yang jauh lebih berharga: kedamaian batin.
 
Kisah Manu dan patung Tuhan Yesus tersebar luas, bukan hanya di Kupang, tetapi ke seluruh dunia. Banyak orang yang mendengar kisah ini merasa terinspirasi. Mereka menyadari bahwa keajaiban dapat terjadi di mana saja, kapan saja, bahkan di tengah hutan yang lebat. Dan bahwa, di balik kesulitan hidup, selalu ada cahaya harapan yang menanti untuk ditemukan.
 
Semoga kisah ini menginspirasi Anda untuk selalu mencari cahaya harapan dalam hidup Anda, dan semoga hidup Anda dipenuhi dengan berkah.

Post. admin

ORANG GILA Dan SEDERHANA BAPAK ARNOLD CLEMEN AP

Oleh: Madai Gemuruh Yerino
Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Jeruk 🍊-Melangkah Tanpa Alas Kaki_Selamat menyambut hari baru mengenangnya kematian Arnold Cremend Ap sebagai pejuang pemberani kematian dan harapan bangsa Papua Barat jatuh pada 26 April.

Gerakan Mahasiswa Papua tahun 1970-1980-an
mahasiswa adalah ujung tombak pengubah dunia  penjajahan menjadi perdamaian namun tidak diakui oleh negara, Namun demikian dari benak masyarakat Papua Barat masih bertumbuh nasionalisme hingga saat ini, kita selalu dengar peringati peristiwa gerakan mahasiswa papua di tahun 1970-1980-an. 

Jaman itu era orde baru dibawa penguasa otoriter soeharto rakyat papua yang tidak bisa berbuat apa-apa saat itu pembantaian besar-besaran terjadi ditanah papua bangkitlah sebua gerakan mahasiswa Papua Barat yang di polopori oleh Arnol Clement Ap melalu berbagai gerakan termasuk melalui Mucik- Musik tradisional (Guitar), dan Sam kapisa dan juga kawan-kawan mahasiswa uncen di Jayapura. 

Gerakan mahasiswa yang bergerak di seni dan budaya ini lahir pada tahun 1972 yang dimulai dari gereja-gereja, panggung hingga terakhir di RRI nusantara lima Jayapura.

 Gerakan ini tumbuh dan berkembang, yangn kemudian pada tanggal 15 Agustus 1978 menjadikan hari jadi mambesak.

 Musik ini oleh Sam Kapisa dan Arnold Aap mengganggap sebagai musik yang suci sehingga mereka menamainya Mambesak, Nuri, yang menurut orang Biak adalah burung suci, tujuannya adalah untuk menghibur hati masyarakat Papua yang sedang di intimidasi, di aniaya, di perkosa dan di binasakan. 

Musik-musik mambesak memberikan kekuatan perlawanan rakyat Papua dan mengembalikan jadi diri sebagai komunitas yang beda dari bangsa Indonesia.

Gerakan Mambesak memberikan ispirasi yang kuat dan membangkitan nasionalisme bangsa Papua, sehingga perlawananpun semakin lama mulai menguat di daerah-derah Papua lainnya.

 Namun sayang, karena oleh pemerintah Indonesia menganggapnya gerakan ini sangat berbahaya sehingga mereka menangkap Arnol Ap dan membunuhnya tanpa alasan politik dan keamanan yang jelas terhadap kesalahan yang di Lakukan oleh Almarhum Arnold Ap. Gerakan ini melahirkan protes besar-besar bangsa Papua atas kehadiran Indonesia, dengan melakukan Suaka politik dan pengungsian besar-besaran.

Di Jayapura sekitar 800 Masyarakat Papua melakukan pelarian ke Perbatasan Indonesia  PNG sebagai  protes mereka atas sikap tidak manusiawi Indonesia terhadap bangsa Papua Barat.


Kota Jeruk 🍊 11/02/2022
Post Admin

Selasa, 11 Februari 2025

Kemajuan Bukan Datang dari Makan Gratis tapi kemajuan harus dibangun dari Pendidikan Gratis.

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Kota Jeruk -Melangkah Tanpa Alas Kaki-Papua Minta Bukan Makanan Gratis Tapi, Pendidikan Gratis":"Saudara-saudara, anak-anak Papua, dan seluruh rakyat Papua,

untuk menyampaikan satu pesan yang sangat penting. Pesan ini bukanlah tentang permintaan yang sederhana, tapi tentang permintaan yang sangat fundamental bagi masa depan kita.

Kita tidak meminta makanan gratis, kita tidak meminta uang gratis. Tapi kita meminta sesuatu yang jauh lebih berharga daripada itu. Kita meminta pendidikan gratis!

Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu masa depan kita. Pendidikan adalah jalan untuk mencapai kemajuan dan kesetaraan. Pendidikan adalah hak asasi kita, dan kita harus memperjuangkannya.

Saudara-saudara, anak-anak Papua, kita harus sadar bahwa pendidikan adalah investasi bagi masa depan kita. Kita harus sadar bahwa pendidikan adalah jalan untuk mencapai kesetaraan dan kemajuan.

Oleh karena itu, kita harus memperjuangkan pendidikan gratis untuk anak-anak Papua. Kita harus memastikan bahwa setiap anak Papua memiliki akses yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

Saudara-saudara, anak-anak Papua, kita bisa melakukan ini! Kita bisa memperjuangkan pendidikan gratis untuk anak-anak Papua. Kita bisa membuat perubahan!

Jadi, mari kita bersatu dan memperjuangkan pendidikan gratis untuk anak-anak Papua. Mari kita membuat perubahan untuk masa depan kita!"

Post. admin

Minggu, 09 Februari 2025

Nilai Nyawa Orang Papua Dalam Sebotol Miras, adalah Makluk Terbodoh di Planet Bumi.

Oleh: Yefta Lengka
Penulis adalah Aktivis Kemanusiaan asal Wamena
_______________________
_*"Di Zaman ini jika ada orang Papua yang menjadi korban akibat Miras, dia adalah makhluk terbodoh di planet bumi!"*_

_*"Banyak Orang Papua berteriak minta merdeka, tapi banyak orang Papua juga yang kuat konsumsi Miras. Merdeka apanya yang kau inginkan?"*_
________________________
Di awal tulisan ini saya ingin mengutip kata-kata Pendeta, Dr. Benny Giyai: _"Kalo ko mau kawan negara yang besar, ko harus bisa lawan ko punya diri dulu"._

Maksud dari kata-kata ini adalah melawan diri sendiri adalah hal terpenting dalam Medan perjuangan. Melawan kemalasan, melawan ketergantungan terhadap produk penjajah, melawan buta huruf, melawan ketidaktahuan dan lain sebagainya. Termasuk melawan diri sendiri untuk lepas dari keterikatan Miras dan Narkoba.

*A. Miras telah merusak tatanan kehidupan orang Papua.*

_"Situasi hari ini di tanah Papua adalah buruk. Rusak. Tidak normal"._

Penjualan Miras dan Narkoba telah menjadi suatu bisnis yang sukses dalam menghilangkan ratusan ribu nyawa orang Papua. 

Selain itu Miras dan Narkoba telah merusak gaya hidup orang Papua yang sebelumnya berjiwa besar dan sosialis menjadi hedonis dan individualistis. Orang Papua yang dulunya pekerja keras menjadi konsumtif aktif. Orang Papua yang dulunya hidup tanpa KDRT dan Perselingkuhan sekarang KDRT dan Perselingkuhan dimana-mana. Serta banyak hal baru lainnya.

Miras dan narkoba telah menjadi pemicu utama perang suku, KDRT, lakalantas, kriminalitas, dan meningkatnya jumlah angka HIV-AIDS di tanah Papua. Dengan demikian miras dan narkoba menjadi sumber masalah bagi Orang Papua.

Banyak nilai-nilai leluhur yang hilang dalam miras dan Narkoba. Miras dan narkoba telah merampas hak kedamaian orang Papua.

*B. Aparat kemanan terlibat dalam peredaran Miras dan Narkoba di Tanah Papua.*

Secara undang-undang Peredaran Miras dan narkoba telah dilarang di seluruh Indonesia. Aparat keamanan sebagai pihak yang menegakkan hukum seharusnya menjadi pelindung bagi masyarakat dan memerangi miras dan narkoba, malahan menjadi aktor dalam menciptakan berbagai persoalan melalui miras dan narkoba.

Di tanah Papua penjualan miras ada 2 jenis, yaitu minuman lokal dan pabrikan. Dari kedua ini minuman pabrikan menjadi minuman yang laris dikalangan orang-orang yang kelas ekonomi menengah dan tinggi.

Disini jenis Miras pabrikan dan fermentasi ini lebih dominan diperdagangkan oleh aparat keamanan melalui orang-orang lokal.

Aparat kemanan mengambil alih peredaran Miras dan Narkoba ini karena beberapa hal:
1. Mereka menganggap tidak ada yang menganggu mereka kecuali orang-orang dalam institusi keamanan itu sendiri.
2. Dilindungi oleh aparat keamanan senior. Jabatannya lebih tinggi dibandingkan dengan anggota lain dan dia bisa memerintahkan siapa saja sesuai kemauannya.
3. Mereka menganggap diri sebagai penegak hukum. Dan mereka beroperasi secara leluasa. Sebab mereka menganggap tidak ada yang menegakkan hukum atas mereka kecuali institusi mereka sendiri.

Selain dari itu, untuk menjaga nama baik institusi serta mengisi daftar dalam program mereka, mereka melakukan razia miras dan narkoba di beberapa tempat yang mereka anggap mengganggu bisnis mereka atau keberadaan mereka.

Terkadang aparat kemanan sangat sensitif dan bersikap arogan kepada para pengonsumsi Miras di kalangan orang Papua. Mereka sering menghajar secara membabi-buta. Hal itu sering melumpuhkan organ-organ tubuh mereka. Padahal minuman keras tadi adalah hasil peredaran aparat keamanan.

*C. Gereja Jarang berkhotbah tentang realita kematian orang Papua akibat Miras dan Narkoba.*

Kematian orang Papua akibat Miras dan Narkoba telah lama terjadi secara masif, terstruktur, sistematis dan terang-terangan di tanah Papua bahkan diluar tanah Papua.

Banyak Pemuda-pemudi yang terjun dalam dunia Miras dan Narkoba. Mereka adalah aset gereja. Mereka adalah masa depan gereja. Mereka adalah penerus gereja. Mereka adalah pemilik sorga yang selalu dikumandangkan di atas mimbar Gereja.

Lantas mengapa Mimbar Gereja sunyi senyap terhadap kematian orang Papua akibat Miras dan Narkoba?

Jika manusia semua mati karena Miras dan Narkoba, kepada siapakah Pastor, Pendeta dan Gembala akan berkhotbah?

Gereja mestinya berbicara tentang bahaya Miras dan Narkoba, bahaya HIV-AIDS, bahaya Perang Suku, bahaya Kolonialisme, Imperialisme, Perlindungan Tanah, perlindungan Hutan dan manusia secara utuh. Tidak hanya berbicara tentang Berkat, Berkat dan berkat atau Sorga dan Neraka. 

Ancaman pemusnahan Manusia Papua, Hutan Papua dan Tanah Papua adalah neraka nyata. Kita semua punya tanggungjawab untuk melawan.

Perlawanan melawan Miras dan Narkoba dari Mimbar Gereja adalah khotbah realistis yang tidak bisa dibantah. Ajakan ini mencakup larangan perang suku, meminimalisir terjadinya kriminal, penularan virus HIV dan AIDS dan kekerasan dalam rumah tangga.

*D. Kesadaran Orang Papua Menentukan Masa depannya Sendiri.*

Tidak ada bangsa lain yang akan datang menolong orang Papua. Kecuali orang Papua sendiri. Tidak ada orang lain yang akan menolong kamu untuk keluar dari ikatan Miras dan Narkoba kecuali kamu sendiri.

Untuk melawan badai kepunahan terhadap orang Papua, orang Papua sendiri yang harus sadar diri. 

Orang Papua harus berani melawan diri sendiri jika benar-benar mau merdeka. Orang Papua harus berani untuk berhenti konsumsi Miras dan Narkoba jika mau menentukan nasibnya sendiri. Sekali lagi yang menentukan nasib orang Papua hanya orang Papua sendiri.

Selain kesadaran diri pada konsumen, orang Papua yang menjual atau memproduksi Miras dan Ganja juga harus sadar diri bahwa orang Papua semakin sedikit dan semakin habis. 

Bagi mereka yang menjadi pesuruh aparat keamanan untuk menjual miras dan narkoba juga segera berhenti sebab kau juga menjadi alat untuk membunuh diri sendiri sebagai orang Papua.

_"Kalo ko mau Melawan bangsa yang besar, ko harus bisa lawan ko punya diri sendiri"._ Pdt. Dr. Benny Giyai.

Tanah Huwurdla, 10 Februari 2025


Post. Admin

Kamis, 06 Februari 2025

MAKANAN BERGIZI GRATIS MENOLAK SE-YAHUKIMO ''SEKOLAH BUKAN WARUNG TETAPI SEKOLAH TEMPAT BELAJAR.

PERNYATAAN SIKAP ALIANSI PELAJAR SE-YAHUKIMO 
Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Yahukimo-Melangkah Tanpa Alas Kaki-
Pendidikan Adalah Sebuah Alat Untuk Membebaskan Manusia Dari Ketertindasan, Baik Ketertindasasan Secara Fisik Maupun Mental. Hal Ini Kemudian Dipertegas Dengan Hadirnya UUD 1945 Bahwa Negara Berkewajiban Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Sehinggapendidikan Dimasukan Dalam Konstitusi Bangsa. 

Namun, Seiring Berkembangnya Zaman, Makna Pendidikan Direduksi Sampai Pada Tataran Yang Paling Meresahkan. Pada Akhirnya, Pendidikan Nasional Dari Tingat Dasar Sampai Perguruan Tinggi Kini Telah Di Kapitalisasi, Privatisasi, Komersialisasi Dan Di Liberalisasi Yang Membuat Masyarakat Berada Pada Perangkap Yang Membuat Dirinya Tidak Dapat Lagi Mengakses Pendidikan Secara Mudah Dan Gratis hal ini disampaikan dengan tegas pada 03/02/2025.

Praktek Seperti Ini Tidak Bedah Jauh Dari Program 100 Hari Kerja Persiden Terpilih PRABOWO-GIBRAN Yang Mana Telah Mengumumkan Bahwa Pemerintah Akan Melaksanakan Program Makan Bergizi Gratis Mulai Pada 6 Januari 2025. Dengan Alokasi Dana 20% Persen Dari Total Rp 71 Triliun Anggaran Untuk Program Tersebut Sepanjang Tahun 2025.

 Sedangkan Realitanya Program Makan Gratis Tidak Sesuai Denga Adanya Ketentuan Aturan Mendis Yang Menyaatakan Bahwa Mengkonsumsi Makanan Dengan Kadar Lemak Jenuh Yang Tinggi Seperti Kentang Goreng, Burger Keju, Nugget Ayam, Makanan Manis Dan Makanan Lainnya Dapat Mengganggu Daya Ingat Dan Pembelajaran Pada Siswa. Kadar Glukosa Tinggi Ini Membuat Tubuh Mulai Mati Saat Memproses Makanan. Pola Makan Tinggi Glukosa Secara Teratur Dapat Menyebabkan Kerusakan Pada Mata, Ginjal, Pembuluh Darah, Dan Saraf. Efek Samping Lainnya Yang Akan Dirasakan Anak Adalah Mereka Cepat Marah, Lesu Dan Kurang Fokus. Hingga Berdampak Pada Prestasi Siswa Disekolah Menurun. 
 
 Sesuai UU No 23 Tahun 1992 Pasal 20 Prbaikan Gizi, Dan Pasal 21 (1) Pengamanan Makanan Dan Minuman Yang Tidak Memenuhi Ketentuan Mengenai Standar Atau Persyaratan Kesehatan. (2) Setiap Makanan Dan Minuman Yang Dikemas Wajib Diberi Tanda Atau Label. 

Berdasarkan UU Diatas Yang Menjadi Alasan Dasar Dan Pertanyaan Adalah Menggapa Tidak Ada Rekomendasi Dari Keterlipatan Ahli Gizi Makanan, Bahkan Tidak Ada Surveiy Yang Dilakukan Oleh Keterlibatan Dinas Pengawasan Obat Dan Makanan (BPOM) Dan Dalam Program Menu Makan Gizi Gratis (MGG) Tidak Ada Ijin Dari BPOM Dan Kesehatan Yang Mengijinkan Bahwa Menu Tersebut Halal. Apa Lagi Kita Lihat Dari Kematian Masal Di Jawa-Tenggah Dimana Akibat Santapan Makan Menu Gratis 40 Siswa SD Dikabarkan Telah Meninggal Dunia Sampai Isunya Menjadi Sorotan Publik Hingga Belum Ada Titik Penyelesaian. 

Berangkat Dari Sini Seharusnya Pendidikan Dapat Membuka Wawasan Tentang Dunia Lebih Luas, Mengajarkan Penalaran Yang Lebih Logis-Kritis, Membangun Kepercayaan Diri Yang Lebih Kuat Sebagai Individu Maupun Sebagai Bangsa, Menumbuhkan Kemandirian Dalam Bersikap, Dan Memanusiakan Manusia, Kini Pendidikan Justru Menumbuhkan Watak Individualis, Pragmatis, Mengarah Kepada Arah Pasar Bebas, Sehingga Pendidikan Kita Menjadi Ladang Basah Bagi Kaum Modal Dengan Idelogi Neolibnya. Terus Berlanjut Dalam Memantapkan Revolusi Pendidikan Di Indonesia. Masalahnya, Bagaimana Pun Makan Bergizi Gratis Tidak Akan Menggantikan Peran Guru, Dan Interaksi Belajar Antara Pelajar Dan Pengajar. Sebab Edukasi Bukan Hanya Sekedar Memperoleh Pengetahuan Tetapi Juga Tentang Nilai, Kerja Sama, Hubungan Social Dan Kompetensi.

Pemerintah Lepas Tangan, Sistem Pendidikan Masih Menyisakan Sederet Masalah Lainnya. Lihat Saja, Di Daerah Terpencil Dan Tertinggal Seperti Yahukimo Masih Ada Bangunan Sekolah Yang Ala Kadarnya, Juga Murid-Murid Nya Yang Tidak Mampu Membeli Baju Seragam Bahkan Tidak Punya Buku Dan Alas Kaki, Tetapi Anggaran Pendidikan Dari Pusat Tidak Sampai Kepada Mereka Hingga Kali Ini Persiden Terpilih Prabowo Gibran Mengutamakan Makan Gratis, Sedangkan Pelajar Yang Ekonomi Nya Tidak Mampu Berharap Adanya Beasiswa. Tetapi Faktanya Berdampak Pada Rendahnya Serapan Anggaran Pendidikan. Dampak Buruk Lainnya Adalah Maraknya Celah Korupsi. 

Pada Juni 2024 Lalu KPK Merilis Hasil Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan Terkait Potensi Korupsi Anggaran Di Sekolah. KPK Menemukan 33% Sekolah Berpotensi Melakukannya. Dari Jumlah Tersebut, Sebanyak 13,39% Sekolah Menyatakan Bahwa Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tidak Sesuai Dengan Peruntukannya. Lagi-Lagi Korbannya Adalah Para Guru Dan Peserta Didik Di Tingkat Akar Rumput. Kami Tetap Saja Terpojok Di Sudut Keterbatasan Karena Dana Pendidikan Dari Pemerintah Tidak Kunjung Kami Dapatkan. 

Di Balik Ironi Semua Ini Ada Ketaksinkronan Kinerja Antara Pemerintah Pusat Dengan Daerah. Hal Ini Tentu Sedang Menimbulkan Ego Sektoral. Karena Melihat Dari Aturan Yang Berlaku Aktivitas Pemberian Makan Bergizi Gratis Seharusnya Dilakukan Oleh Pihak Yang Bertanggung Jawab Yaitu Posyandu , Sekolah,UMKM,Dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi ( SPPG ) , Akan Tetapi Di Wilayah Papua Sendiri Hal Ini Diambil Alih Dan Dilakukan Oleh Pihak Militer TNI, Akhirnya Menimbulkan Prasangka,Trauma Dan Pertanyaan Didalam Benak Masyarakat Serta Siswa Papua Bahwa Apakah Seharusnya Makanan Dibagikan Oleh TNI , Mengapa Pihak-Pihak Yang Bersangkutan Seperti Pemerintah , Dinas Kesehatan Dan Lainnya Sendiri Tidak Begitu Terlibat ? Jika Benar Papua Baik-Baik Saja Mengapa Militer Harus Mengambil Alih Program Tersebut Di Papua , Mengapa Tidak Pemerintah Dan Pihak-Pihak Yang Bertanggungjawab Saja Yang Menjalankan Program Tersebut.

Sebenarnya Siswa Berharap Agar Ada Program Pusat Yang Bisa Terealisasi Di Daerah, Ternyata Malah Tidak Nyambung. Sebagai Contoh Adalah Pemberlakuan Pemerinta Pusat Melalui Menu Makan Gratis. Program Makan Bergizi Gratis Ini Sebenarnya Membuat Pendidikan Kehilangan Arah Karena Sejatinya, Tidak Semua Hal Dalam Pendidikan Bisa Diterapkan Menurut Konteks Peminatan Pemerinta. Ini Terutama Untuk Keahlian Dasar Seperti Membaca, Menulis, Dan Berhitung, Serta Pendidikan Agama, Jelas Tidak Bisa Diajarkan Atas Alasan Peminatan Program Pemerintah. Jika Terus Terjadi Ketaksinkronan Kinerja Pemerintah Pusat Dan Daerah, Pantas Saja Target Layanan Pendidikan Yang Telah Dianggarkan Dalam APBN Sulit Tercapai. Selain Itu, Masalah Baru Terus Muncul, Tidak Hanya Rendahnya Serapan Anggaran Pendidikan, Tetapi Lebih Parah Dan Kompleks. Berbagai Langkah Pemerintah Sekuler Kapitalistik Saat Ini Menegaskan Abainya Mereka Dalam Pembiayaan Pendidikan Rakyat. Ini Jelas-Jelas Kezaliman Karena Telah Merampas Hak Banyak Rakyat Indonesia Untuk Bisa Mengenyam Pendidikan.

Selain Itu Menurut Kajian Mendalam Yang Tulis Oleh Dr. Agus Irianto Sumule Menemukan Berbagai Permasalahan Mendasar Terkait Layanan Pendidikan Dan Kesehatan Di Wilayah Papua. Merujuk Kepada Indikator Pembangunan, Bila Dibandingkan Dengan Provinsi Lain Di Indonesia, Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat Pada 2020-2024 Berada Di Urutan Ke-33 Dan Provinsi Papua Urutan Ke-34. Provinsi Papua Memiliki Rata-Rata Kinerja Peningkatan Sebesar 0,60 Per Tahun Sedangkan Papua Barat Sebesar 0,55 Per Tahun. Dengan Nilai Tersebut Maka Perlu Waktu 30 Tahun Bagi Provinsi Papua Dan 12,5 Tahun Bagi Provinsi Papua Barat Untuk Mencapai Angka Rata-Rata IPM Nasional Yaitu Sebesar 71,94. 

Mengigat Dengan Indeks Pembangunan Manusia Khusus Untuk Papua Yang Mengalami Drastis Maka Kami Menolak Adanya Program Makan Gratis Di Papua Lebih Khusus Kabupaten Yahukimo. Dan Melalui Penolakan Ini Kami Memintah Kepada Pemerintah Agar Anggaran Program Makan Bergizi Gratis Sebaiknya Diberikan Kepada Orangtua Siswa, Supaya Orang Tuan Siswa Yang Dapat Mempersiapkan Menu Makan Bergizi Di Ruma, Disisi Lain Agar Orang Tua Siswa Mempersiapkan Kebutuhan Pelajar Seperti Seragam, Buku, Pena, Alas Kaki, Dan Lainya. 

Dengan Demikian Dalam Momentum Hari Penolakan Menu Makan Gratis Pada 2025 Kami Yang Tergabung Dalam Front Aliansi Pelajar Se-Yahukimo Menuntut:

1. Kami Tolak Keras Program Menu Makan Siang Gratis 
2. Wujudkan Pendidikan Gratis, Ilmiah, Dan Demokratis 
3. Kami Tolak Militerisme Didunia Pendidikan
4 . Berikan Jaminan Pendidikan,Kesehatan,Dan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
5. Hentikan Perampasan Hak-Hak Masyarakat Adat Diatas Tanah Adat { Papua }.
6. Cabut Militer Organik Dan Non-Organik Di Tanah West Papua.

Sekian Pernyataan Sikap Front Aliansi Pelajar Se-Yahukimo. Yahukimo 3 Februari 2025  

     KORLAP UMUM 

          
          Feron Kabak

        Pnanggung Jawab
 Orang Tua Siswa Dan Pengurus 
Aliansi Pelajar Se-Yahukimo 

                      DONI SIEP        
                         KETUA


DOKUMEN:
Post. Admind

Rabu, 05 Februari 2025

Kisah Tragis Si Penemu Gelombang FM (Edwin Howard Armstrong)

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Kota Jeruk 🍊-Melangkah Tanpa Alas Kaki-Kemajuan teknologi berdampak pula terhadap siaran radio. Dulu kita hanya dapat menikmati siaran radio dengan gelombang AM (amplitude modulation). Namun, kini pendengar dimanjakan oleh kemunculan gelombang radio FM (frequency modulation) yang bersuara lebih jernih. 

Adalah Edwin Howard Armstrong, orang yang menemukan frekuensi FM untuk kali pertama. Amstrong dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1890 di New York City, Amerika Serikat (AS). Kepintaran dan keuletannya sudah tampak sejak kecil. Bahkan, ketika usianya baru menginjak 14 tahun, ia telah bercita-cita ingin menjadi seorang penemu. 

Ketika menginjak remaja, dia mulai mencoba menjadi tukang servis alat-alat rumah tangga tanpa kabel (nirkabel), dan ketika duduk di bangku SMA, dia telah mulai mengadakan uji coba dengan membuat tiang antena di depan rumahnya untuk mempelajari teknologi nirkabel yang kala itu sering mengalami gangguan. Dia dengan cepat dapat memahami permasalahan pada alat komunikasi tersebut. Ia juga dapat menemukan kelemahan sinyal pada penerima akhir transmisi komunikasi. Padahal, tidak ada cara lain untuk memperkuat tenaga pada pengiriman akhir.

Untuk mengembangkan pengetahuannya pada masalah gelombang komunikasi, setelah tamat SMA, Amstrong masuk ke Universitas Columbia jurusan teknik. Di universitas itulah ia melanjutkan penelitiannya di bidang nirkabel. Pada tahun ketiga di Universitas Columbia, Armstrong memperkenalkan temuannya, berupa penguat gelombang radio pertama (radio amplifier). Radio sendiri sebenarnya sudah ditemukan terlebih dahulu oleh Lee De Forest yang menggunakan Tabung Audion yang diberi nama tabung Lee De Forest. Namun, gelombang yang dipancarkannya masih terlalu lemah.

Armstrong mempelajari cara kerja tabung Lee DeForest dan kemudian mendesain ulang dengan mengambil gelombang elektromagnetik yang datang dari sebuah transmisi radio dan dengan cepat memberi sinyal balik melalui tabung. Hanya sesaat, kekuatan sinyal akan meningkat sebanyak 20.000 kali per detik. Fenomena ini oleh Armstrong disebut dengan “regenerasi radio”, yang merupakan penemuan penting dan perlu saat radio pertama kali ada. 

Dengan pengembangan ini, para teknisi radio tidak memerlukan 20 ton generator lagi agar stasiun radio mereka mengudara. Desain sirkuit tunggal temuan Armstrong menjadi kunci kelangsungan gelombang transmiter yang menjadi inti operasional radio. Dan dia lulus sarjana teknik tahun 1913. Atas temuannya tersebut, Armstrong mematenkan ciptaannya dan memberi lisensinya pada Marconi Corporation tahun 1914.

Enam tahun kemudian, Westinghouse membeli hak paten Armstrong atas penerima superheterodyne, dan memulai kiprahnya menjadi stasiun radio pertama bernama KDKA di Pittsburgh. Mulailah radio menjadi sangat populer pada saat itu, mulai dari hiburan sampai berita penting, tidak ada yang tidak memakai jasa radio. Setelah itu, bermunculan terus gelombang radio lainnya. RCA (The Radio Corporation of America) segera membeli seluruh hak paten radio begitu juga radio lain ikut membelinya.

Setelah Perang Dunia I usai, Armstrong kembali ke Universitas Columbia dan bekerja sebagai profesor di universitas tersebut. Tahun 1923 dia menikah dengan Marion MacInnes, sekretaris dari Presiden RCA, David Sarnoff. Pada dekade tersebut dia terlibat dalam perang perusahaan dalam mengendalikan hak paten radio. Hal ini berlanjut sampai awal tahun 1930, dan Armstrong kalah di pengadilan. Meski demikian, dia terus melanjutkan penelitian untuk memecahkan masalah statistik radio. Ia berkesimpulan, hanya ada satu solusi agar karyanya yang telah dicuri orang bisa dihargai, yaitu merancang sistem yang sama sekali baru.

Penelitian demi penelitian pun terus dia lakukan untuk lebih menyempurnakan suara radio tersebut. Pada 1933 Amstrong memperkenalkan sistem radio FM (frequency modulation), yang memberi penerimaan jernih meskipun ada badai dan menawarkan ketepatan suara yang tinggi yang sebelumnya belum ada. Sistem tersebut juga menyediakan sebuah gelombang tunggal membawa dua program radio dengan sekali angkut. Pengembangan ini disebut dengan multiplexing.

Mengenai perbedaan antara gelombang AM dan FM, bisa dijelaskan sebagai berikut. Sinyal suara tidak dapat langsung dipancarkan karena sinyal suara bukan gelombang elektromagnetik. Jika sinyal suara tersebut diubah menjadi gelombang elektromagnetik sekalipun, berapa panjang antena yang dibutuhkan. Untuk dapat mengirimkan sinyal suara dengan lebih mudah, sinyal suara tersebut terlebih dahulu ditumpangkan pada sinyal radio dengan frekuensi yang lebih tinggi dari sinyal suara tersebut. Metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio disebut modulasi. Modulasi yang sering dipakai radio adalah modulasi amplitudo (AM – amplitude modulation) dan modulasi frekuensi (FM – frequency modulation)

Beda utama antara gelombang AM dengan FM adalah cara memodulasi suaranya. Gelombang FM mempunyai range tambahan sebesar plus 455 KHz. Jadi, jika ada frekeensi radio 88.00 FM, sebenarnya dia menggunakan frekuensi 88.00 MHz + 455 KHz. Mengapa ada tambahan 455 KHz? Nah, gelombang FM itu memodulasi suara secara digital. Jadi, gelombang suara audio itu dicacah secara digital sesuai frekuensi audio (batas ambang telinga antara 6 Hz – 20 KHz). Setelah dicacah secara digital (tambahan 455 KHz tadi, sebagai digital audio buffer), sinyal digital tsb. di-mix dengan gelombang radio (carrier) yang berfrekuensi 88.0 MHz tadi, kemudian dilempar ke udara terbuka. Bagaian yang penting dari sistem pemancar FM adalah antena, saluran transmisi, dan pemancar itu sendiri.

Untuk memperkenalkan temuannya pada dunia, pada tahun 1940 Armstrong mendapat izin untuk mendirikan stasiun radio FM pertama yang didirikan di Alpine, New Jersey. Berkat temuannya tersebut , pada 1941, Institut Franklin memberi penghargaan kepada Armstrong berupa medali Franklin, yang merupakan salah satu penghargaan tertinggi komunitas ilmuwan. Kekalahannya dalam sengketa selama bertahun-tahun dengan perusahaan yang telah memanfaatkan hak ciptanya, tak berpengaruh terhadap pemberian medali Franklin tersebut.

Sayangnya, Armstrong harus mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. Sang penemu gelombang radio FM tersebut diketemukan mati bunuh diri di tahun 1954. Istrinya, Marion MacInnes, yang menjadi pewaris hasil temuan Armstrong melanjutkan perjuangan suaminya bertempur di persidangan dan memenangkan jutaan dolar. Atas kejernihan suara yang dihasilkannya di awal ’60-an, saluran FM mendominasi sistem radio, dan bahkan digunakan untuk komunikasi antara bumi dan luar angkasa oleh Badan Antariksa Nasional Amerika, NASA.
Sumber : kpi.go.id
Post. Admind

DPR Papua Tengah Paulus Mote, Mengatakan Atas Nama Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Provinsi Jangan Merusak Hutan yang Ada

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua- Kota Jeruk 🍊 -Melangka Tanpa Alas Kaki - DPR Papua Tengah Paulus Mote: Mengatakan bahwa, Jang...