Oleh. Gemuruh
Dalam gigil waktu merelungi detak detak
Yang masih berjangkit menjantungi dada ku adalah perihal kesepakatan doa yang pernah kita janji pada hati ketika sebut tiada mampu berkelok dari langit wajah kekasih.
Aku lah kegagalan itu
Dalam menyibaki gulita resah tak merumpama atas setiap penggal kisah
Atas mu adakah hujan masih kah setia
Mendekap kan basah tiada kira hingga lusuh mengeruhi jembangan hasrat yang terus pongah menikahi beban cinta yang kita pelamin kan dalam sunyi ketika itu.
Meskipun aku tau setiap akhir pada ucap mu yang terus mengembang sams
Bahwa akan ada lengkung pelangi menjebatani kita setelah ini
Datang kah akan beriring temu dalam sedalam khusuk rindu paling halal
Memeluki setia mu yang sejati nya
Lebir di setiapku membawa sejalan segala rona yang telah kita sentuh kan
Membungai kebun kebun fajar.
Bilakah itu terjadi kasih
Sedang kesendirian ini masih ku sebut siksa paling ufuk menanti tatap mu yang ingin ku pandang pertama kali ketika mata terbuka saat jendela pagi ku buka demi membedah haru bersama Cahaya Senja yang begitu hangat dibalik ufuk barat lazuardy memanggil ku dengan lekat dalam bisu isyarah kekasih ini lah
Percintaan itu.
Hadir pagi
Sobat MPCSR
Komentar
Posting Komentar