Langsung ke konten utama

Artikel Refleksi Bagi OAS (Orang Asli Papua)

Apakah benar Indonesia berada dalam bahaya kehancuran? 

15 ALASAN  INDONESIA SEDANG MENUJU KE TEBING KEHANCURAN DAN  KETERPECAHAN DARI NKRI KARENA KEJAHATAN DAN KEBOHONGAN PARA PENGUASA BERJALAN TELANJANG 

"Kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik. Kecongkakan mendahului kehancuran dan tinggi hati mendahului kejatuhan" (Amsal 29:12; 16:18)

Oleh Gembala DR. A.G. Socratez Yoman 

"Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia." (Prof. Dr. Franz Magnis). 

"Papua tetaplah luka bernanah di Indonesia" (Alm. Pastor Frans Lieshout, OFM) 

Para pembaca yang mulia, saya merivisi tulisan artikel pada, 8  September 2022 dengan merelevankan kasus penangkapan Lukas Enembe Gubernur Papua pada 10 Januari 2023. 

Ada banyak alasan bangsa Indonesia sedang menuju ke tebing kehancuran  dan keterpecahan, tapi saya kemukakan hanya lima belas alasan bangsa Indonesia dalam keadaan sedang sakit dan berada dalam bahaya "dimutilasi atau berkeping-keping" di tangan para penguasa paranoid dan hipokresi. 

Saya analisa dan melihat 14 alasan bangsa Indonesia sedang menuju ke tebing kehancuran, keterpecahan, dimutalasi dan berkeping-keping, sebagai berikut: 

1. Tidak ada orang yang jujur dan berbudi luhur yang memimpin, memerintah dan mengatur dan mengelola Negara atau bangsa Indonesia. Melalui kasus Lukas Enembe Gubernur Papua, Negara melalui KPK  mengumumkan  kepada publik Indonesia dan rakyat Papua bahwa negara ini dipimpin dan dikelola oleh para pembohong atau penipu, pencuri atau perampok, dan pembunuh yang berwatak rasis, fasis yang tidak mengenal kebenaran, pintar memutabalikan fakta atau  merekayasa masalah, kriminalisasi, politisasi, konspirasi dan diskriminasi yang berbasis rasis.  Melalui kasus Lukas Enembe Gubernur Papua terlihat di Indonesia sudah tidak berlaku hukum yang sesungguhnya, tapi ada hukum mayoritas, hukum kekuasaan, hukum kekerasan negara,  hukum konspirasi, hukum rimba, hukum rasisme, hukum kebencian terhadap Penduduk Orang Asli Papua (POAP) dan hukum kepentingan yang mewarnai dalam  kehidupan berbangsa dan bernegara. 

2. Kanker sangat berbahaya yang  sedang melumpuhkan dan menghancurkan NKRI ialah Kolonialisme, Rasisme, Fasisme, Imperialisme, Kapitalisme, Militerisme, Ketidakadilan, Marginalisasi, Pelanggaran Berat HAM, Genoside, Ecoside, Status Politik & Sejarah Pengintegrasian Papua ke dalam wilayah Indonesia adalah akar sejarah konflik  terlama di Asia antara Indonesia dan Papua yang selalu disembunyikan dengan jargon akar masalah Papua adalah KESEJAHTERAAN. 

3. Korupsi merajalela di kalangan elit Indonesia dan para koruptor dilindungi dan dibiarkan bebas dan memiliki daya impunitas. Korupsi merupakan penyakit "kanker ganas" yang merong-rong, melumpuhkan dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. 

4. Kekerasan terhadap rakyat sipil meningkat tajam di seluruh Indonesia dan lebih khusus terhadap Orang Asli Papua  sejak 19 Desember 1961 sampai sekarang. Sejarah berbicara, bahwa Negara yang melakukan kekerasan terhadap rakyat sipil, biasanya negara itu sering hilang sebagaian wilayahnya atau negara itu runtuh dan berkeping-keping. 

5. Indonesia, lebih khusus Papua dibangun dengan kebohongan, ketidakadilan, janji-janji kosong, perampokkan dan pencurian sumber daya alam tanpa memperhatikan kehidupan kesejahteraan penduduk asli sebagai pemilik Tanah. 

6. Nilai-nilai Pancasila sudah tidak mencerminkan dalam penyelenggaraan pemerintahan Republik Indonesia. Moralitas penguasa belum menjadi nurani birokrasi di negeri ini sehingga birokrasi pemerintah jauh dari roh keadilan dan humanisme. 

7. Bhineka Tunggal Ika sudah hilang rohnya dan  sudah diganti dengan rasisme menjawai watak dan perilaku para penguasa birokrasi dan para pemimpin Indonesia. Pada gilirannya telah menaburkan bibit-bibit ketidakharmonisan dan keretakan dari berbagai suku di Indonesia. 

Contoh hancurnya pilar Bhineka Tunggal Ika sebagai berikut: 

Menteri Sosial ( Mensos ) Tri Rismaharini sangat merendahkan dan menghinakan orang asli Papua, pada 13 Juli 2021. 

"Sekarang saya enggak mau lihat seperti ini, kalau saya lihat lagi, saya pindahkan ke Papua, saya enggak bisa mecat kalau enggak ada salah, tapi saya bisa pindahkan ke Papua sana teman-teman." 

Pernyataan Risma yang rasis ini kemudian dikomentari banyak orang. Salah satunya budayawan Sudjiwo Tedjo karena dianggap merendahkan Papua. Sentilan Tedjo ini dicuitkan dalam akun Twitternya @SudjiwoTedjo. 

"Maaf, Bu Risma, bila berita ini benar, apakah Bu Risma tidak sedang merendahkan Papua?," demikian tulis Sudjiwo Tedjo pendek saja di akun Twitternya. 

Paling kejam lagi ialah Ibu Megawati Sukarno Putri, menghina dan merendahkan martabat Orang Asli Papua  yang berwatak RASIS yang mengatakan John Wempy Wetipo "kopi susu." 

Yang paling tidak bermoral dan tidak manusiawi  dari Jenderal TNI Prof. Dr. Abdullah Mahmud Hendropriyono, S.T., S.H., M.H atau sering disebut A.M. Hendropriyono menghina dan merendahkan Orang Asli Papua, bahwa; 

"....pindahkan saja dua juta orang asli Papua ke Manado dan orang-orang Manado dipindahkan ke Papua, supaya dengan sendirinya hilang..." 

Yang berwatak rendah dan  rasis juga datang dari Jenderal TNI Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A.  Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia Kabinet Kerja dan Kabinet Indonesia Maju, pernah menghina Orang Asli Papua; 

"Pergi saja ke Melanesia sana, jangan tinggal di Indonesia." 

Perilaku diskriminasi rasial atau rasisme dari waktu ke waktu, berada pada posisi  Status Quo (tidak pernah berubah) seperti ini benar-benar melengkapi dan menyempurnakan kekejaman dan kebiadaban penguasa kolonial modern Indonesia Indonesia yang menduduki dan menjajah terhadap rakyat dan bangsa Papua Barat.  

8. Bangsa Indonesia sudah tergadai dengan utang luar negeri dengan total 7.000 triliuan rupiah. Indonesia dibangun dengan utang penjaman luar negeri. 

9. Rakyat miskin meningkat setiap tahun di Indonesia dan hampir mayoritas  menjadi beban pemerintah atau negara. 

10.Rakyat tidak berpendidikan di Indonesia hampir mayoritas yang membahayakan Indonesia, karena  orang-orang  "tidak berpendidikan" dengan mudah dimanfaatkan, diprovokasi  dan diobyekkan dengan jalan mengadu-domba untuk berbagai tujuan dan kepentingan.  

11. Para penguasa dan elit di Indonesia saling menyerang satu dengan lain dan tidak saling percaya, saling menghormati dan saling mendengarkan satu sama lain. 

12. Kasus Ferdy Sambo merusak reputasi Kepolisian Indonesia dan mutilasi empat warga sipil merusak reputasi TNI: Dua pilar NKRI sedang membusuk dari dalam tubuhnya sendiri. 

13. Kasus mutilasi dan membakar empat warga sipil di Timika pada 22 Agustus 2022 dan penyiksaan tiga warga sipil dan satu meniggal dunia pada 30 Agustus 2022 di Mappi menjadi tekanan seluruh media  internasional yang sedang "menghakimi dan menghukum" pemerintah Indonesia. Indonesia tidak bisa berbohong lagi di forum PBB. 

14. Indonesia menjadi negara  pelaku pelanggaran berat HAM dan juga gagal menyelesaikan seluruh kasus pelanggaran HAM berat di Papua. 

15. Penguasa melindungi dan memelihara para pelaku kejahatan kemanusiaan dan diberikan jabatan dan kedudukan. Berarti Indonesia sedang menuju kehancuran karena kejahatan dan kebohongannya. 

Ya, benar dan amin,  Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno memberikan kesimpulan yang akurat dan tepat tentang keadaan rakyat Papua yang sangat buruk selama ini dalam bukunya: Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme (2015, hal. 255, 257). 

"...Ada kesan bahwa orang-orang Papua mendapat perlakuan seakan-akan mereka belum diakui sebagai manusia....Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu tertutup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia." (hal. 255). 

"...kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab sebagai bangsa biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata tajam." (hal. 257). 

Dalam buku: Pastor Frans Lieshout,OFM yang berjudul: Gembala Dan Guru Bagi Papua, diabadikan kesimpulan sebagai berikut: 

"Papua tetaplah luka bernanah di Indonesia"

Doa dan harapan penulis, artikel pendek ini menjadi berkat dan pencerahan bagi para pembaca. 

Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati. 

Ita Wakhu Purom,  Jumat, 20 Januari 2023 

Penulis: 
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua. 
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3  Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC)
3. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
__________ 

NO HP/WA: 08128888712; 08124888458

Post. Admind

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menteri Investasi Indonesia Bahlil Lahadalia, Orang Sulawesi yang Mengklaim Diri Sebagai “Anak Papua”

Sebuah Mesin Perampasan yang Bekerja atas Nama Negara, Investasi, dan Kepentingan Global.  Oleh : Victor F. Yeimo  Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Holandia-Melangkah Tanpa Alas Kaki - Bahlil   Lahadalia, orang Sulawesi yang mengklaim diri sebagai “anak Papua” memainkan peran yang secara teoritis dapat kita sebut sebagi agen apropriatif kolonial, atau individu yang melakukan klaim identitas demi legitimasi proyek hegemonik pusat atas wilayah pinggiran.  Bahlil Lahadalia, Sebagai Menteri Investasi, ia menjelma menjadi agen ideologis dan teknokratis kapitalisme kolonial. Proyek Strategis Nasional (PSN) di Papua adalah mega-infrastruktur of dispossession, yaitu infrastruktur raksasa yang berfungsi sebagai mekanisme primitive accumulation dalam versi abad ke-21. PSN adalah wajah mutakhir dari kapitalisme kolonial, sebuah mesin perampasan yang bekerja atas nama negara, investasi, dan kepentingan global.  Di Merauke, negara merampas...

Fakta hari ini TPNPB/OPM adalah bukan masyarakat yang kami tinggl bersama-sama dengan masyarakat di intanjaya Dan Militer Indonesia pun Demikian Sama Dari mana mereka Datang?.

Enam Orang Asli Papua yang merupakan warga civil yang telah di tembak Militer Indonesia🇮🇩 pada 14 Mei 2025 di Kabupaten Intan jaya Laporan resmi Seby Sambom dari markas pusat TPNPB OPM. Korban tewas dan korban luka-luka telah berhasil di evakuasi oleh Tim Pemerintah Dan Masyarakat, pertempuran ini masyarakat lain masih dalam pencarian apakah mereka masih hidup atau tertembak oleh Militer Indonesia.  Militer Indonesia telah lakukan kesalahan besar yang mana telah menyerang warga civil  dan membunuh  dan menyerang dengan tidak hormat tanpa memikirkan rasa kemanusiaan.  Menyerang pembrutalan militer Indonesia terhadap Masyarakat intanjaya ketika masayarakat berada di rumah, kebun, dan di pasar termasuk menyerang di gereja-gereja, pelanggaran ini merupakan pelanggaran HAM berat dan melanggar hukum Nasional dan internasional.  Masyarakat internasional dan lembag terkait harus bersuara terkait insiden penembakan terjadi ini di Intan jaya papu...

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH.

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH. Artikel. Sian Madai Konsep Dari Seorang Pemimpin Daerah Adalah Dasar untuk Menentukan Masadepan yang Lebih Cerah.  Keahlian/ Hobi, dan Kreatif/Karier yang di miliki oleh Orang Asli Papua (OAP) merupakan membuka ruang dan membuka lapangan kerja untuk membantu pemerintah setempat, sebagaian juga sebagai bentuk nyata membangun dan mempersempit pengangguran di Papua. Sekali lagi, Melalui bakat/ Karier yang telah dimilikinya merupakan menciptakan lapangan pekerjaan baru sebagai membantu pemerintah Daerah untuk itu, pemerintah perlu diperhatikan dan diolah dengan baik.  Dimana pemerintah pusat diberikan Otonomi khusus seluasnya di Papua bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia papua namun, Dana otonomi khusus Papua hilang jejak adalah cara tidak betul yang dilakukan, Dana otonomi khusus tersebut  harus digunakan dengan baik dan harus diperioritaskan Anak-anak Papua dalam ...