Langsung ke konten utama

Pesan Perpisahan Untuk Pilot Philip Mark Merthens.

Artikel. Victor  Yeimo
Kau ingat saat pertama kali mendarat di sini? Kami menahanmu. Kau pikir kami jahat, kau pikir kami monster yang haus darah. 

Tapi apa lagi yang bisa kami lakukan? Dunia menutup mata, menulikan telinga, membiarkan kami tenggelam dalam derita yang tak pernah berakhir. 

Kami menahanmu bukan untuk menyakiti, tapi untuk satu harapan terakhir—agar dunia, lewat matamu, akhirnya melihat bahwa kami ada, bahwa kami sedang sekarat di tanah kami sendiri.

Awalnya, takut tampak jelas di wajahmu. Tapi, hari demi hari berlalu. Kau mulai melihat sesuatu yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya. Kami, yang dikatakan sebagai ‘pemberontak’, tidak menodongkan senjata padamu. Kami mengulurkan tangan, mengobati luka-lukamu, memberimu tempat perlindungan. 

Ketika tentara penjajah datang, mencarimu untuk menghabisimu dan menuding kami sebagai pelakunya, kami melindungimu. Kami, yang kehilangan anak-anak, saudara, dan ibu kami karena peluru mereka, justru mempertaruhkan nyawa kami untuk menjagamu tetap hidup.

Di hutan ini, kau tak hanya melihat pemandangan. Kau melihat air mata yang tak pernah berhenti jatuh. Kau mendengar jeritan ibu yang anaknya diambil dengan paksa, suara para bapak yang tak lagi punya tanah untuk diolah, suara kami—bangsa yang selalu dikalahkan, diseret ke tanah, diinjak-injak, tapi tak pernah mati. Kau melihat lebih dari sekadar peperangan; kau melihat hati yang hancur, jiwa yang terbungkam, tapi tak pernah padam.

Saat ini, kau akan pergi. Tapi bukan sebagai tawanan. Kau pergi sebagai saudara yang membawa suara kami. Kami memelukmu untuk terakhir kalinya, dengan hati yang dipenuhi harapan dan kesedihan. 

Harapan bahwa dunia akan mendengarkanmu, bahwa mereka akan mendengarkan cerita kami. Kesedihan karena kami tahu, mungkin setelah kau pergi, tidak ada yang akan berubah. Dunia telah lama membiarkan kami tenggelam dalam gelap, dan kami takut, kau juga akan dilupakan, seperti kami yang telah lama dilupakan.

Tapi tolong, jangan lupakan kami. Ingat setiap air mata yang jatuh di hutan ini, setiap tangan yang mengobati lukamu, setiap bisikan keluh kesah yang kau dengar di malam yang sunyi. Kau telah melihat sendiri, kami bukan penjahat yang mereka katakan. 

Kami bukan pemberontak yang ingin menghancurkan. Kami adalah manusia yang hanya ingin hidup, ingin bebas, ingin memiliki masa depan di tanah yang seharusnya menjadi milik kami.

Saat kau melangkah keluar dari sini, kami menitipkan suara kami padamu. Bawa tangisan ini ke dunia. Biarkan mereka tahu bahwa di sini, di tempat yang jauh dari perhatian, ada rakyat yang terus berjuang, meski tubuh kami hancur, meski suara kami dipadamkan. Jangan biarkan kami hilang tanpa arti.

Pergilah, saudara kami. Bawalah kebenaran kami. Dan jika dunia masih berani menutup mata, setidaknya kau telah mendengarnya, setidaknya kau tahu bahwa di sini, ada bangsa yang masih hidup, meski diselimuti penderitaan. Jangan lupakan kami. Biarkan kisah ini terus bergema di langit, sampai akhirnya dunia mendengar.

Pos. Admin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menteri Investasi Indonesia Bahlil Lahadalia, Orang Sulawesi yang Mengklaim Diri Sebagai “Anak Papua”

Sebuah Mesin Perampasan yang Bekerja atas Nama Negara, Investasi, dan Kepentingan Global.  Oleh : Victor F. Yeimo  Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Holandia-Melangkah Tanpa Alas Kaki - Bahlil   Lahadalia, orang Sulawesi yang mengklaim diri sebagai “anak Papua” memainkan peran yang secara teoritis dapat kita sebut sebagi agen apropriatif kolonial, atau individu yang melakukan klaim identitas demi legitimasi proyek hegemonik pusat atas wilayah pinggiran.  Bahlil Lahadalia, Sebagai Menteri Investasi, ia menjelma menjadi agen ideologis dan teknokratis kapitalisme kolonial. Proyek Strategis Nasional (PSN) di Papua adalah mega-infrastruktur of dispossession, yaitu infrastruktur raksasa yang berfungsi sebagai mekanisme primitive accumulation dalam versi abad ke-21. PSN adalah wajah mutakhir dari kapitalisme kolonial, sebuah mesin perampasan yang bekerja atas nama negara, investasi, dan kepentingan global.  Di Merauke, negara merampas...

Fakta hari ini TPNPB/OPM adalah bukan masyarakat yang kami tinggl bersama-sama dengan masyarakat di intanjaya Dan Militer Indonesia pun Demikian Sama Dari mana mereka Datang?.

Enam Orang Asli Papua yang merupakan warga civil yang telah di tembak Militer Indonesia🇮🇩 pada 14 Mei 2025 di Kabupaten Intan jaya Laporan resmi Seby Sambom dari markas pusat TPNPB OPM. Korban tewas dan korban luka-luka telah berhasil di evakuasi oleh Tim Pemerintah Dan Masyarakat, pertempuran ini masyarakat lain masih dalam pencarian apakah mereka masih hidup atau tertembak oleh Militer Indonesia.  Militer Indonesia telah lakukan kesalahan besar yang mana telah menyerang warga civil  dan membunuh  dan menyerang dengan tidak hormat tanpa memikirkan rasa kemanusiaan.  Menyerang pembrutalan militer Indonesia terhadap Masyarakat intanjaya ketika masayarakat berada di rumah, kebun, dan di pasar termasuk menyerang di gereja-gereja, pelanggaran ini merupakan pelanggaran HAM berat dan melanggar hukum Nasional dan internasional.  Masyarakat internasional dan lembag terkait harus bersuara terkait insiden penembakan terjadi ini di Intan jaya papu...

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH.

BAKAT DAN TALENTA ANAK-ANAK PAPUA, BUTUH PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH. Artikel. Sian Madai Konsep Dari Seorang Pemimpin Daerah Adalah Dasar untuk Menentukan Masadepan yang Lebih Cerah.  Keahlian/ Hobi, dan Kreatif/Karier yang di miliki oleh Orang Asli Papua (OAP) merupakan membuka ruang dan membuka lapangan kerja untuk membantu pemerintah setempat, sebagaian juga sebagai bentuk nyata membangun dan mempersempit pengangguran di Papua. Sekali lagi, Melalui bakat/ Karier yang telah dimilikinya merupakan menciptakan lapangan pekerjaan baru sebagai membantu pemerintah Daerah untuk itu, pemerintah perlu diperhatikan dan diolah dengan baik.  Dimana pemerintah pusat diberikan Otonomi khusus seluasnya di Papua bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia papua namun, Dana otonomi khusus Papua hilang jejak adalah cara tidak betul yang dilakukan, Dana otonomi khusus tersebut  harus digunakan dengan baik dan harus diperioritaskan Anak-anak Papua dalam ...