Langsung ke konten utama

"Anak Muda Korban"

Artikel,Salam Panel
Oleh. Boas Yogi.
Generasi muda yang menghidupi dalam dunia Remaja memang tak kalah menarik dalam kebiasaan Kenakalan, bahkan kebiasaan bagi anak-anak muda tidak jauh beradah dari Kenakalan Remaja yang membuat mereka happy dengan berbagai varian kebiasaan di setiap kota atau kabupaten di seluruh dunia.

Karena banyak anak-anak muda selalu menghimbangi dengan dunia Kenakalan maka banyak generasi muda makin menghilang dalam dunia kematian.

"Hidup yang dihadapi"
Mereka tak diharuskan Hidup bersama keluarga, mereka menganggap ayah dan ibunya bukan teman baik dalam hidupnya sehingga, mereka menkonstaminasi berbagai jenis "Narkoba, Rokok, Minuman Keras, dan Lem Kastol". 

Jika mereka sudah merasakan semua hal-hal keburukan, maka mereka berusaha untuk menjadi dirinya untuk hidup tak mesti diharapkan kepada keluarganya. 

Jaman saingan dunia modern dan kini Jaman saingan Perempuan kepada laki-laki, karena semua kebiasaan laki-laki telah diangkat dan menjalankan bagi perempuan hingga saat ini Perempuan yang teladan dari semua keburukan diatas.

*************
Ko harus sadar jika ko Perempuan, karena Tuhan ciptakan ko supaya ko menjadi mama bukan ko menjadi pecundan Narkoba. 

Ko adalah pelayan di sebuah rumah tanggamu, Tuhan Anugerahkan ko Perempuan agar ko menjadi seorang mama dalam hidupnya, bukan untuk ko sandiwarakan hidupnya dengan berbagai Kenakalan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menteri Investasi Indonesia Bahlil Lahadalia, Orang Sulawesi yang Mengklaim Diri Sebagai “Anak Papua”

Sebuah Mesin Perampasan yang Bekerja atas Nama Negara, Investasi, dan Kepentingan Global.  Oleh : Victor F. Yeimo  Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Holandia-Melangkah Tanpa Alas Kaki - Bahlil   Lahadalia, orang Sulawesi yang mengklaim diri sebagai “anak Papua” memainkan peran yang secara teoritis dapat kita sebut sebagi agen apropriatif kolonial, atau individu yang melakukan klaim identitas demi legitimasi proyek hegemonik pusat atas wilayah pinggiran.  Bahlil Lahadalia, Sebagai Menteri Investasi, ia menjelma menjadi agen ideologis dan teknokratis kapitalisme kolonial. Proyek Strategis Nasional (PSN) di Papua adalah mega-infrastruktur of dispossession, yaitu infrastruktur raksasa yang berfungsi sebagai mekanisme primitive accumulation dalam versi abad ke-21. PSN adalah wajah mutakhir dari kapitalisme kolonial, sebuah mesin perampasan yang bekerja atas nama negara, investasi, dan kepentingan global.  Di Merauke, negara merampas...

SEPOTONG PERAHU KERTAS

NEGERI BAJAKAN Di negeriku yang lucu ini Nelayan adalah bajak laut Petani bajak tanah Anak-anak bajak wifi Agama bajak kewarasan Pejabat bajak rakyat Di bawah hukum pemerintah bajakan Di negeri yang penuh drama ini Pencuri sandal lebih biadab dari koruptor Nyawa aktivis tak ada harganya dibandingkan sebungkus rokok yang membela tanah adat, dibunuh dan mayatnya dibuang ke dalam got Darah-darah mengalir, membasuh dosa siapa, membaptis anak-anak siapa? Pemuda-pemuda merancang perlawanan Dari dusun-dusun kecil, pulau-pulau terpencil Dari pendidikan-pendidikan yang kalian sebut, terbelakang Dari orang-orang yang kalian sebut miskin dengan baju diskriminasi Pemuda-pemuda jangan berhenti melakukan perlawanan Di negeri yang lebih mencintai baliho daripada rakyatnya sendiri Di negeri yang lebih mencintai investor daripada anaknya sendiri Jangan berhenti melakukan perlawanan di negeri yang sibuk membangun dinasti politik daripada membangun sekolah dan rumah sakit Sekolah baik-baik, b...

Ini 11 Pernyataan Protes KNPB Mengenai New York Agreement, Apa Saja?

Tetesan Air Mata Ibunda-Kota Tua Menado-Melangkah Tanpa Alas kaki - Manado - Komite Nasional Papua Barat (KNPB) menyatakan menolak perjanjian New York yang dilakukan Amerika, Belanda, Indonesia dan PBB tanpa melibatkan bangsa Papua. Pernyataan itu disampaikan KNPB memperingati perjanjian New York yang terjadi pada 15 Agustus 1962. “Kami menolak Perjanjian New York 1962 yang dibuat secara sepihak tanpa melibatkan bangsa Papua dan yang mengkhianati hak kami untuk merdeka dan berdiri sendiri,” kata Hiskia Meage, Ketua KNPB Konsulat Indonesia pada 15 Agustus 2024. Hiskia mengatakan, perjanjian tersebut tidak memiliki legitimasi, karena tidak mencerminkan keinginan dan aspirasi rakyat dan bangsa Papua. Oleh sebab itu, KNPB menyatakan sikap bahwa ; 1. Pihaknya menolak hasil Pepera 1969, yang dilaksanakan dengan manipulasi, intimidasi, dan kekerasan. Proses Pepera yang melibatkan hanya 1.026 orang dari sekitar 809.337 rakyat Papua dan di bawah ancaman senjata tidak mencerminkan p...